Vano dan Ular Tangga


Di sekolah aku kedatangan murid baru pindahan dari luar negeri. Wah..membayangkannya saja sudah senang. Seperti apa ya wajahnya? Apakah dia baik? Banyak pertanyaan yang bikin aku menjadi bingung.

 “Selamat pagi anak-anak.” Ibu kepala sekolah masuk ke dalam kelasku.
“Selamat pagi Bu.”
“Nah anak-anak, seperti penjelasan ibu kemarin, hari ini kita kedatangan teman baru. Ia akan duduk dikelas ini bersama kalian. Jadi, Ibu harap kalian bisa berteman baik dengannya dan membantu bila ada hal yang tidak diketahuinya. Apakah kalian semua mau?”
“Mauu Buu..”
“Oke. Silakan masuk.”

Ibu kepala sekolah mempersilakan teman baru kami masuk ke kelas. Saat ia masuk, aku dan teman-teman sekelas langsung terdiam. Ia seorang laki-laki dengan rambut pirang dipotong pendek dan rapih. Tinggi badannya sedikit lebih tinggi dibanding teman-temanku yang laki-laki. Wajahnya seperti anak kecil, padahal ia duduk di kelas 2 SMP. Teman-temanku yang perempuan langsung teriak histeris saat melihatnya.
“Silakan kamu memperkenalkan diri ke teman-teman sekalas.”

Teman baru kami itu berdiri di tengah kelas dan menatap ke seluruh kelas. “Halo. Nama saya Vano. Semoga kita bisa berteman dan saling membantu satu sama lain ya.” Ia pun tersenyum setelah selesai memperkenalkan diri. Aku dan teman-teman sekelas membalas tersenyum dan tepuk tangan.
“Baik Vano, silakan kamu duduk di tempat yang masih kosong karena kita akan mulai pelajaran.” 

Wali kelasku mengakhiri sesi perkenalan Vano. Vano melihat ke sekeliling dan tatapannya berhenti di kursi samping tempatku duduk. Kursi tersebut memang kosong. Ia pun berjalan ke arah kursi di sebelahku sambil tersenyum melihat kiri dan kanannya.
“Hai, aku boleh duduk disini?” Tanyanya kepadaku. Aku hanya bisa mengangguk sambil tersenyum.
“Kenalin, aku Maya.” Aku mengulurkan tangan kearahnya. “Aku Vano. Senang bertemu denganmu.

Aku mengangguk mengiyakan. Vano memang pindahan dari luar negeri. Wajahnya yang putih dengan hidung mancung membuatnya terlihat seperti remaja pria yang ganteng. Tetapi, bahasa Indonesia Vano sangat lancar.
“Kamu bisa bahasa Indonesia?”
“Oh tentu, ibuku orang Indonesia. Sejak kecil aku sudah diajarkan bahasa Indonesia.
Aku kembali mengangguk-anggukan kepala. Kemudian kami berdua sama-sama fokus dengan pelajaran yang sudah dimulai.
***
“Maya, tolong antarkan kue ini ke tetangga sebelah ya.” Ibu memangilku dari arah dapur.
“Ke siapa Bu?” Tanyaku memastikan.
“Itu ke tetangga sebelah. Kita punya tetangga baru. Tolong antarkan kue ini ya. Ibu masih mau urusin pesanan kue, jadi tidak bisa antarkan. Coba kamu kenalan juga sama mereka. Tadi pagi Ibu sudah berbicara dengan Ibunya, katanya dia punya anak yang seusiamu juga.”
“Baiklah Bu.” Aku segera mengambil kue tersebut dan berjalan ke luar rumah. Sesampainya diluar, aku kaget ada Vano di teras rumah tetangga baruku.
“Hai Vano. Kamu tinggal disini?” Tanyaku riang.
“Halo Maya. Ia aku tinggal disini. Itu rumahmu?” Tanyanya sambil menunjuk ke arah rumahku.
“Iya. Wah tidak menyangka kita tetanggaan ya hehehe... Ini ada kue dari ibuku untukmu dan keluarga. Semoga suka ya.” Aku menyerahkan kue tersebut ke dirinya.
“Terima kasih ya Maya. Tunggu sebentar disini.” Vano meletakkan benda yang tadi dipegangnya diatas kursi kemudian masuk ke rumah. Aku melihat benda tersebut. Benda tersebut mengeluarkan bunyi  dan ada gambar-gambarnya. Terlihat gambar tersebut menampilkan orang yang sedang berperang.
“Maya, ini untukmu dan keluargamu.” Vano keluar dari rumahnya sambil membawakan satu buah kantung plastik berukuran sedang. “Maaf kami Cuma bisa memberikan ini.” Katanya malu-malu.
“Oh. Terimakasih Vano. Oh iya, itu apa ya?” Tunjukku kepada benda di atas kursi.
“Ini mainanku. Namanya PSP. Kamu tidak tahu?” tanyanya kepadaku. Aku menggelengkan kepalaku. “Wah sayang sekali, mainan ini sangat seru.” Jawabnya. “Sini aku ajarkan cara bermainnya.” 

Kemudian kami sama-sama duduk dan aku memperhatikan Vano menjelaskan cara bermain.
“Ah sulit sekali. Mending kita main ular tangga yuk.” Ajakku pada Vano. Gantian Vano yang melihatku bingung dan menggelengkan kepalanya. “Sebentar, aku ambil dulu dirumah.” Aku segera berlari kerumahku dan mengambil mainan ular tangga.
“Ini namanya ular tangga. Ada pion sebagai penggerak jalan juga ada dadu. Ini mainanan khas Indonesia. Seru loh, Van.” Kataku.
“Bagaimana cara mainnya?”
“Nah kamu pegang pion warna biru ini. Aku warna merah. Ini banyak kotak-kotak, nah nanti kita kocok dadu. Bila keluar angka, kita akan berjalan sesuai dengan jumlah angka dari dadu tersebut. 

Kemudian ada gambar tangga, itu tanda kita boleh naik ke kotak yang dituju. Ada gambar ular, itu jadi tanda kita harus turun ke kotak yang dituju. Mengerti?”
“Oke, ayo kita main.” Kemudian kami menghabiskan waktu sore kami dengan bermain ular tangga.
“Wahh..ini lebih seru dari mainanku. Terimakasih Maya. Besok-besok ajari aku mainan khas sini yang berbeda yaa..” Seru Vano riang.
“Pasti, besok aku akan ajak kamu main mainan yang lain yaa.. Mainan ini juga tidak kalah seru dengan mainan PSP milikmu.”

Kami pun tertawa bersama.

No comments

Halo, salam kenal!

Terimakasih ya atas kesediaannya untuk membaca tulisan ini. Boleh ditinggalkan komennya agar kita bisa berkomunikasi satu sama lain :)

Sampai berjumpa di tulisan-tulisan berikutnya.