Kehamilan, Dukacita, Sukacita

 


Ternyata momen yang ditunggu itu memang tiba Seturut Waktu Tuhan. Tanpa disangka dan di duga, kehadirannya memang tiba tepat pada waktunya. Bisa di bilang kehamilan ini tanpa rencana dan memang sudah dalam tahap “yauda.” Nyatanya yang tidak diharapkan malah mendapatkan hal yang diluar dugaan. Padahal saat itu, aktivitas saya lumayan padat. Jadi bisa dibilang ketika mengetahui kalau hamil, malah jadi khawatir dengan calon baby tersebut. 

Jika memang sudah waktunya, semua tentu akan diperoleh. Kehamilan kali ini memang dalam tahap berserah sama Tuhan. Karena semua dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Jadinya menjalani kehamilan ini dengan apa adanya. Rasa khawatir tentu ada, merasa takut juga pastinya, dan masih ada rasa bersalah yang belum sepenuhnya hilang. Namun, proses ini perlu dijalani dan tidak bisa saya ubah atau hentikan. Menjalani kehamilan ini dengan lebih menerima segala hal yang terjadi. Bersyukur selama hamil tidak mengalami hal-hal buruk. Mual ada tapi dalam batas sewajarnya dan masih bisa tetap beraktivitas biasa. Pola makan juga masih sama, tidak menjadi susah makan atau milih-milih makanan. Saya pun masih tetap bekerja dan melakukan aktivitas seperti biasa. Hanya saja memang beberapa kegiatan mencoba untuk dikurangi dan lebih banyak istirahat.

Kali ini melakukan tes yang memang dianjurkan oleh dokter. Mengingat Pengalaman kehamilan sebelumnya yang kurang baik. Ini menjadi kehamilan ketiga, namun anak kedua. Sebab Kehamilan kedua juga tidak baik-baik saja, maka kehamilan kali ini tentu memberikan rasa khawatir tersendiri. Makanya saya dan Koko mengikuti anjuran dokter untuk melakukan serangkaian tes tersebut. Selain cek hormon dan cek sperma, saya juga menjalani tes NIPT. Sebetulnya tes ini sudah mulai marak dilakukan oleh ibu hamil, namun tidak menjadi prioritas. Karena riwayat kehamilan sebelumnya, maka saya menjalani tes NIPT. Tes ini pada dasarnya untuk mengetahui kromosom baby yang di kandung apakah ada kelainan atau tidak. Tes ini juga bisa mendeteksi jenis kelamin dari baby yang di kandung. Saya juga menjalani tes untuk pengecekan rubella dan toksoplasma. Bahkan cek urin untuk mendeteksi apakah terkena infeksi saluran kemih (ISK). Sebab saat hamil trimester pertama, saya sering merasakan nyeri saat pipis. Mengingat pernah mengalami ISK, jadi ada rasa khawatir jika terinfeksi ketika hamil.

Bersyukur semua hasil tes aman dan bagus. Jujur cukup takut untuk mengetahui hasil tes NIPT. Berharap sekali kehamilan kali ini aman dan jauh dari hal-hal buruk. Semua ternyata terjadi dan jika memang sudah waktu-Nya maka hal-hal yang ditakutkan belum tentu menjadi kenyataan. Mengingat hasil tes semuanya bagus, menimbulan rasa lebih tenang. Walaupun kekhawatiran masih ada dan belum sepenuhnya hilang. Bisa dibilang kehamilan kali ini benar-benar menjaga agar baby tetap baik-baik hingga lahir. Namun, saya jauh lebih tenang dan yakin bahwa semua akan baik-baik saja. Sepertinya saya sudah di dalam fase acceptance untuk apapun yang akan terjadi. Jadinya saya lebih nyaman menjalaninya. Dibandingkan dengan kehamilan pertama, kehamilan kali ini lebih tenang dan cukup dinikmati.

Mungkin karena faktor usia juga, kehamilan kali ini benar-benar merasa perubahan fisik yang sangat drastis. Selain kenaikan berat badan, rasa pegal-pegal, mudah lelah, gerah, engap, dll dirasakan di kehamilan kali ini. Padahal di kehamilan pertama tidak begitu merasakan gejala-gejala tersebut. Apalagi masuk trimester akhir, benar-benar hanya ingin rebahan disaat sudah menemukan posisi yang pas. Sebab untuk posisi tidur dan duduk juga mulai serba salah. Jadi ketika menemukan posisi yang pas, rasanya tidak ingin beranjak kemanapun.

Proses kehamilan terbilang mulus, namun hal tak terduga terjadi menjelang melahirkan. Sebulan sebelum melahirkan menjadi waktu yang tidak ingin dilalui. Rasa-rasanya jika bisa di skip maka ingin sekali memilih pilihan tersebut. Tahun 2025 ini dianggap menjadi tahun yang penuh bahagia dan sukacita menyambut kelahiran baby. Namun, berita dukacita di dengar dan dihadapi. Tahun 2025 juga menjadi tahun yang penuh dukacita dan tidak akan pernah terlupakan, khususnya di bulan April. Bulan April penuh dengan momen kehilangan. Tidak pernah menduga akan melalui kehamilan dengan kehilangan orang terkasih. Papa saya meninggal di bulan April, padahal bulan tersebut adalah bulan kelahirannya. Menjalani kehamilan dengan masa dukacita bukanlah hal mudah. Masih merasa ngawang dan tidak menyangka akan melaluinya. Padahal berharap papa bisa melihat kelahiran cucunya. Saat pertama kali tahu saya kembali hamil, ia merasa terharu dan bahagia. Nyatanya kebahagiaan itu menjadi hilang karena dirinya sudah tidak bersama kami secara fisik.

Bukan cuma kehilangan papa, di bulan April itu juga saya kehilangan dokter yang merawat dan memantau kehamilan ini dari awal. Iya, dokter kandungan saya juga meninggal dunia. Belum hilang rasa sedih kehilangan papa, kali ini saya benar-benar merasa kosong karena kehilangan dokter tersebut. Beliau memang sudah berumur, namun saya merasa nyaman ketika konsultasi dengannya. Beliau juga meyakini bahwa kehamilan ini akan baik-baik saja, karena setiap kontrol ia akan mengecek dengan teliti dan detail. Beliau juga sangat tenang dan juga tidak membuat saya takut. Saya sangat senang kontrol dengan beliau dan bersyukur bertemu dengannya. Nyatanya beliau tidak bisa menemani kami hingga saya melahirkan. Bisa dibilang konsultasi terakhir menjadi pertemuan yang ternyata tidak pernah terjadi lagi. Padahal saat itu, ketika kami akan keluar ruangan ia memberikan senyuman dan mengatakan sampai bertemu dua minggu lagi. Entah memang sudah feeling atau hanya kebetulan, saat itu perawat yang dikenalnya bernama sama dengan nama yang akan kami berikan untuk baby. Saat kami mau keluar, beliau memanggil saya dengan nama perawat yang sebetulnya nama itu sudah kami pilih menjadi nama anak kami. Mungkin hanya kebetulan, tapi kebetulan itu menjadi momen terakhir kebersamaan kami.

Proses grieving ini nyatanya membuat saya makin khawatir mengingat sebentar lagi akan melahirkan. Akhirnya saya kembali konsultasi dengan dokter yang menangani kehamilan pertama. Sebab waktu semakin dekat dan mencari dokter lainnya tentu butuh waktu. Bukan perkara mudah menemukan dokter yang cocok. Ternyata keputusan untuk kembali konsultasi dengan dokter yang menangani kehamilan pertama, menjadi keputusan tepat. Nyatanya saya nyaman kembali bertemu dengan dokter tersebut. Walaupun sempat ada rasa takut dan tidak percaya yang dirasakan oleh keluarga terhadap dokter tersebut. Namun, saya percaya bahwa kehilangan anak pertama saya bukanlah kesalahannya. Memang sudah menjadi takdirnya kami kehilangan anak pertama.

Jika bulan April penuh dengan dukacita, Tuhan mengantinya dengan hal sukacita di bulan Mei. Saya melahirkan bayi sehat dan cantik di bulan Mei. Tentu kelahirannya membawa sukacita bagi keluarga kami yang sedang dalam fase dukacita. Walaupun H-1 menjelang kelahirannya sempat menimbulan kepanikan. Saya melahiran secara caesar, jadi masuk ke RS itu di H-1 untuk melakukan pengecekan dan persiapan lainnya. Saat tiba di RS dan di cek detak jantung baby, nyatanya menampilkan angka yang tinggi di luar batas seharusnya. Sempat merasa panik karena takut terjadi sesuatu pada baby. Saya pun di kasih oksigen hingga diinfus sambil terus di pantau detak jantung baby. Untungnya perlahan menurun sesuai dengan standar yang seharusnya. Hari itu pun bisa dilalui tanpa harus mengalami tindakan emergency.

Saya melahirkan di tanggal cantik dan jam kembar untuk anak kedua ini. Tetap dengan nama Baby E seperti nama cece-nya. Benar saja, kelahirannya membawa kebahagiaan khususnya untuk mama yang kehilangan papa. Walaupun kami masih dalam fase dukacita, perlahan kami bisa bangkit dan fokus terhadap Baby E ini.




No comments

Halo, salam kenal!

Terimakasih ya atas kesediaannya untuk membaca tulisan ini. Boleh ditinggalkan komennya agar kita bisa berkomunikasi satu sama lain :)

Sampai berjumpa di tulisan-tulisan berikutnya.