Komunikasi (Part 2)


Terkadang kita terlalu ragu untuk mengungkapkan apa yang ada dalam benak. Terlalu takut untuk mengatakan pendapat sejujurnya. 

Tapi orang lain bukanlah cenayang yang mampu mengetahui keinginan kita. Mereka tidak mampu mengetahui apa maunya kita. Bahkan tidak mampu mengetahui apa yang kita rasakan.

Bagaimana orang mau mengerti kita jika mereka saja tidak tahu apa yang terjadi?

Mungkin orang bisa melihat dari perubahan emosi kita. Dari intonasi suara, mimik wajah, bahkan getsure tubuh. Tapi tidak semua orang peka akan perubahan itu.

Terkadang kita jadi semakin kesal karna orang tidak peduli dengan kita. Eitss, apakah betul mereka tidak peduli? Jangan-jangan mereka seperti itu karena ya mereka tidak tahu kondisi kita.

Kalau sudah seperti itu, semakin timbul perasaan marah dan menjadi berantem. Efeknya ya makin panjang dan tidak kelar. Padahal akar dari itu semua adalah kita tidak mengkomunikasikan kepada orang lain.

Kita seolah-olah mengharapkan bahwa orang lain mengerti kita. Orang lain tahu apa maunya kita. Mau pacar ato teman, bahkan orangtua pun belum tentu bisa seperti itu. Mereka semua memang orang terdekat yang mungkin tahu kita ini orangnya seperti apa. Tapi, sadarlah bahwa hal terkecil dalam hidup kita tidak selamanya mereka bisa tahu. Jika kita membukanya dan menceritakan, barulah mereka tahu.

Sebetulnya apa sih hal yang membuat orang tidak mau mengungkapkan keganjalan maupun keinginan dirinya? Mengapa orang lain yang harus selalu "dipaksa" untuk mengerti tentang kita? Mengapa kita tidak secara langsung memberitahu?

"Komunikasi terjadi antara dua orang yang menjadi pembicara dan pendengar. Terjadi dengan dua arah dan saling merespon satu dengan yang lain."

No comments

Halo, salam kenal!

Terimakasih ya atas kesediaannya untuk membaca tulisan ini. Boleh ditinggalkan komennya agar kita bisa berkomunikasi satu sama lain :)

Sampai berjumpa di tulisan-tulisan berikutnya.