Hidupmu.. Hidupmu, Hidupku..Hidupku


Setelah sekian lama vakum dari dunia tulis menulis, kali ini gw kembali untuk sesuatu yang niscaya baru. Orang bilang waktu cepat sekali berlalu, ya gw pun setuju. Sudah 8 bulan gw menikah dan hal pertama yang buat tersadar adalah "woy cepet banget udah 8 bulan." Perasaan baru kemarin masih deg-degan takut acara berjalan berantakan atau ada hal yang kelupaan. Perasaan baru kemarin adaptasi hal-hal baru dalam kehidupan rumah tangga. Eh.. tahu-tahu sudah mau satu tahun saja.

8 bulan menikah, mulai banyak yang dialami. Banyak hal yang ditanyakan oleh orang-orang sekitar. Umumnya seputar kapan hamil dan punya anak. Ya.. memang terkadang hidup ini kita yang jalanin tapi orang lain malah ikut campur. Sebetulnya gw tidak mempermasalahkan perihal orang menanyakan seputar kehamilan. Memang faktanya saat ini gw belum hamil. Terkadang yang menjadi hal tidak menyenangkan ketika orang lain terkesan mengatur hidup yang gw jalani. Kok jadi mereka lebih tahu tentang diri gw dibandingkan diri sendiri. Nah, ini yang kadang buat gw jadi kepikiran. Kenapa mereka begitu amat jadi orang ya?

Maksudnya, gw berhak untuk berdiri di atas kaki gw sendiri. Apapun yang gw alami tentu konsekuensinya ya diri sendiri yang menerima. Jadi, sebetulnya bisa kan orang lain menaruh batas tertentu untuk berjarak dengan hidup yang sedang gw jalani?

Contoh pernyataan yang sering muncul adalah "Jangan lama-lama hamilnya." Jenggg...
Coba kalian jadi gw, bagaimana menjawab pertanyaan tersebut?

Jujur gw pun bingung menanggapinya. Sebab gw sendiri sebagai manusia masih percaya pada semua rencana Tuhan. Otomatis pernyataan tersebut tidak bisa dijawab sendiri, karena tunggu Tuhan yang "menjawabnya". Ketika gw jawab, "Tunggu waktu yang tepat dari Tuhan." Eh tetap dibalas "Iya makanya jangan lama-lama."

Duh..cuma bisa tersenyum alakadar karena saking tidak tahu mau menjawab apalagi.
Lain halnya bila di bilang "Jangan nundan." Nah kalau itu gw bisa jawab "Ga nunda kok."

Awal-awal menjadi masa-masa kelam untuk bisa berdamai dengan pernyataan tersebut atau yang serupa. Sampai akhirnya, gw menyadari bahwa diri ini menjadi tidak sehat secara mental. Jujur merasa bersalah sama suami sendiri. Berkali-kali gw minta maaf dan terus menanyakan bagaimana perasaan dia karena sampai saat ini gw belum hamil. Hasilnya, dia sama sekali tidak marah dan merasa bahwa tidak perlu untuk terus dipikirkan. Dia selalu bilang yang penting bisa sama-sama dan percaya jika tiba waktunya, kami akan diberikan rejeki tersebut oleh Tuhan. Duh.. Tuhan, bersyukur punya suami yang support dan bisa terima apa adanya. Bahkan dia bisa menanggapi dengan cukup santai karena memang ini karena belom waktunya.

Akhirnya gw berusaha untuk bersikap cuek dan bodo amat. Sampai menarik kesimpulan bahwa hidup gw ya gw yang jalanin. Orang lain tidak perlu mengaturnya dan gw tidak perlu terpengaruh. Sebab ada Tuhan yang akan bantu untuk menjalani hidup ini. Jika tiba waktunya, semua akan terasa indah.

Semangat untuk teman-teman yang berada dalam posisi sama atau mirip dengan gw. Kita sebagai perempuan perlu kuat dan percaya pada kemampuan diri sendiri. Semoga di segerakan apa yang belum terjadi ya.

No comments

Halo, salam kenal!

Terimakasih ya atas kesediaannya untuk membaca tulisan ini. Boleh ditinggalkan komennya agar kita bisa berkomunikasi satu sama lain :)

Sampai berjumpa di tulisan-tulisan berikutnya.