Cerita Seorang Istri : Membahas Perilaku Konsumen di Pom Bensin

Beberapa hari yang lalu, saat pulang sama koko, kami mampir dulu ke pom bensin. Namun, ada hal menarik yang gw dapatkan dari kegiatan kami di pom bensin. Tulisan ini didasarkan perkataan koko dan akhirnya menjadi serangkaian kalimat untuk di baca.

Seperti biasa, kalau mau isi bahan bakar, sih koko pasti selalu turun dari mobil dan lengkap membawa dompet serta handphone. Gw juga tidak paham kenapa dia kalau turun pasti bawa dompet dan handphone. Mungkin karena sudah kebiasaan dia saja. Padahal orang-orang lain, bisa di bilang cuma bawa uang saja atau bahkan tidak turun dari mobil sama sekali.

Nah.. disini lah mulai ceritanya.

Setelah selesai isi bahan bakar, dia masuk mobil lalu bilang "Orang zaman sekarang sudah berubah."
Apaan nih maksudnya. Gw cuma bisa nengok sambil ngeliat dan nunggu perkataan dia selanjutnya. Emang dasar dia kalau ngomong to the point, jadi perkataan itu tidak dilanjutkan. Gw pun tanya, "maksudnya apaan?"
"Iya.. sudah pada berubah. Sekarang kalau mau isi bensin sudah jarang yang turun dari mobil. Bahkan buka kaca juga dikit banget sambil selipin uang untuk bayar. Dulu mana pernah begitu."

Deg..

Iya juga sih. Benar kata dia, emang sekarang ini perlahan sudah mulai berubah. Dalam hati gw cuma bilang, bisa juga nih orang jadi observer. Mungkin orang-orang sudah mulai merasa bahwa perubahan ini beneran nyata. Sesederhana di pom bensin saja, perubahan sikap sekecil itu juga berdampak untuk orang lain. Bahkan, bisa di bilang lama-lama akan menjadi kebiasaan.

Memang.. beberapa pom bensin bahkan sudah menerapkan self service. Kondisi ini membuat orang mau tidak mau melakukan semua sendiri, sehingga fokusnya bukan kepada petugas pom bensin namun bagaimana cara isi bahan bakar dengan tepat.

Padahal, kebiasaan dulu saat mengisi bahan bakar dengan bantuan petugas, membentuk diri kita untuk bisa menghargai orang lain. Sesederhana tersenyum atau mengucapkan terima kasih. Sekarang pun, memang bisa tetap dilakukan meskipun dalam mobil, namun apakah rasanya sama? Tentu berbeda, perubahan ini membuat kita terkesan pada diri sendiri. Bukan tidak mungkin, kita melakukan transaksi sambil melihat handphone. Entah apa juga yang akan di lihat.

Kejadian ini menyadarkan bahwa rasa menghargai usaha orang lain menjadi berubah. Kadang memang miris melihat orang lain hanya membuka kaca untuk melakukan transaksi dengan petugas. Bahkan, ketika sudah selesai pun tidak membuka kaca untuk mengucapkan terimakasih.

Kejadian ini juga membuat gw sadar bahwa, bukan karena ingin merasa di hargai, namun mereka tetap butuh dihargai. Sebagaimana diri kita yang juga perlu dihargai oleh orang lain. Apapun jabatannya, berapapun usianya, dan siapapun diri kita. Mulai menghargai dari tersenyum, mengucapkan 4 magic word (tolong, permisis, maaf, terimakasih), sampai merespon perkataan orang lain dengan tulus (bukan asal mendengar saja).

Entah memang perkembangan zaman segitu dahsyat dan kerasnya, sehingga semua menjadi berubah atau memang kita yang mulai menghilangkan kebiasaan lama. Kebiasaan lama memang bisa hilang, kalau tidak maka diri ini akan menghilang karena ketinggalan zaman. Padahal, bukan dihilangkan, namun lebih baik diubah menyesuaikan kondisi saat ini. Hingga akhirnya kita sadar, ada hal-hal positif yang memang perlu untuk dipertahkan bahkan terus ditingkatkan. Serta mulai meninggalkan hal negatif dengan mengantinya menjadi sesuatu yang baru dan positif.



Sumber gambar: https://pixabay.com/photos/michelangelo-abstract-boy-child-71282/

No comments

Halo, salam kenal!

Terimakasih ya atas kesediaannya untuk membaca tulisan ini. Boleh ditinggalkan komennya agar kita bisa berkomunikasi satu sama lain :)

Sampai berjumpa di tulisan-tulisan berikutnya.