Tinggal di Apartment, Why Not?

 


Dua tahun menikah, kami memutuskan untuk tinggal di apartment. Satu tahun pertama, kami tinggal di apartment yang memiliki tipe studio. Ya.. layaknya seperti kamar hotel. Jadi benar-benar hanya "sekecil" itu. Walaupun demikian, tinggal di apartment memiliki kesan tersendiri buat saya. Maklum, baru pertama kali tinggal di tempat yang bukan rumah. Tipe studio itu ibaratnya lagi liburan dan menginap di hotel. Awal-awal menikah masih merasa tinggal di hotel. Padahal itu sudah di apartment sendiri dan bukan hotel yang bisa pulang ke rumah.

Jujur ada kesan menyenangkan ketika bisa tinggal di tempat yang baru. Hampir 25 tahun tinggal di bangunan berbentuk rumah, kini malah tinggal hanya satu kamar. Dulu saat masih kecil, saat melihat bangunan hotel yang terlintas di pikiran saya adalah bangunan dengan jendela di susun-susun. Akhirnya sampai saat ini, jika melihat hotel atau apartment maka orangtua dan adik saya akan mengingat kalimat yang diucapkan tersebut.

Bangunan dengan jendela di susun-susun.

Ya... namanya anak kecil, masih tidak mengerti apa itu hotel. Kalau diingat-ingat lucu juga bisa punya pemikiran seperti itu. Oke, lanjut tentang tinggal di apartment. Kesan pertama yang saya rasakan adalah nyaris minim dari rasa sepi. Jelas saja, keluar kamar bisa ketemu orang di lorong atau di lift. Turun ke lobby atau basement juga bisa ketemu orang, minimal security atau petugas kebersihan. Nah, ini terbilang baru untuk saya, sebab biasanya kalau di rumah tidak pernah naik turun lift. Kemana-mana ya mutar-mutar saja seputar di dalam rumah. Mau menuju mobil juga tinggal jalan ke depan, bukan turun pake lift. Jalan dari satu tempat ke tempat lain cenderung lebih luas, kalau di apartment nyaris sempit sekali. Tinggal di apartment membuat saya merasakan kesan praktis cenderung minim barang. Sebab, kalau terlalu banyak barang akan sempit dan terkesan penuh sekali. Hal ini membuat saya membeli barang dengan jumlah secukupnya serta sesuai kebutuhan. Kalau terlalu banyak menjadi mubazir dan bingung mau taruh di bagian mana. Lanjut mengenai kesan praktis, disini cenderung tidak bisa memiliki macam-macam. Seperti tanaman atau hewan peliharaan. Kalaupun mau menanam tanaman, cenderung yang mini dan tidak bisa banyak. Maklum ukuran balkon tidak terlalu besar. Memelihara hewan peliharaan juga tidak dianjurkan. Maka, bagi yang suka dengan hewan, ia tidak bisa untuk tinggal di apartment

Tinggal di apartment juga membawa kesan misterius. Maksudnya antar penghuni satu lantai, bisa jadi tidak saling mengenal satu sama lain. Penghuni sebelah kamar saya tidak diketahui apakah itu wanita atau pria. Jadi bukan tipe yang bisa bicara antar tetangga. Bahkan dalam satu lantai, masih ada kok kamar yang kosong. Mungkin pemiliknya membeli untuk investasi. Tinggal di apartment cenderung merasa aman. Adanya fasilitas keamanan 24 jam dan intercomm yang bisa menghubungi receptionist atau security. Sehingga minim dari tindak kejahatan. Adanya access card untuk naik ke lantai tempat kita tinggal juga menambah keamanan yang ada. Nah di apartment tempat saya tinggal, card tersebut hanya bisa di pakai sesuai lantai tempat tinggal kita. Jadi jika kita ingin ke lantai lain, maka tidak bisa menggunakan card tersebut. Pengecualian jika ingin ke taman atau tempat fasilitas lainnya yang berada di atas. Oke contohnya seperti ini. Kamar tempat kita tinggal biasanya di sebut dengan unit. Unit saya terletak di lantai 10. Kebetulan untuk fasilitas taman, tempat gym, lapangan olahraga, dan kolam renang,- itu terletak di lantai 5. Jadi card yang saya miliki hanya bisa untuk akses lantai basement (parkiran kendaraan), lantai G (lobby), lantai 5 (fasilitas umum), dan 10 (unit saya). Jika saya mau melihat lantai 9, tentu tidak bisa menggunakan card tersebut. Nah, ini membuat saya merasa aman ketika tinggal di apartment.

Memasuki tahun kedua pernikahan, tepatnya November 2019, saya dan koko pindah ke apartment lain. Hanya saja untuk kali ini kami menyewa unit yang memiliki dua kamar. Sebab saat itu saya dalam kondisi hamil Baby E dan merasa bahwa kami butuh space yang lebih luas. Kebetulan apartment saat ini kami tinggal dekat dengan rumah orangtua saya dan koko. Hal ini memudahkan jika mereka mau datang atau saya butuh bantuan mereka. Kembali tinggal di apartment namun memiliki luas yang berbeda. Luas unit tempat saya tinggal adalah 50m2. Sedangkan saat tinggal di tipe studio, memiliki luas sekitar 23 atau 24 m2. Jelas unit yang kami sewa kali ini jauh lebih luas. Kamarnya pun ada dua, berbeda dengan tipe studio yang tidak ada kamar sama sekali. Pokoknya tipe studio itu layaknya kamar hotel. Masuk kamar langsung ketemu kasur.

Kurang lebih kesan yang saya rasakan saat tinggal di unit ini adalah sama. Kesan praktis dan misterius, namun merasa aman. Terdapat dua kamar, yaitu ada satu kamar utama dan satu kamar tamu. Jujur, merasa lebih lega karena ada kamar tamu yang bisa kami pakai untuk menaruh barang. Kebetulan jarang ada yang menginap, jadi kamar tersebut menjadi multifungsi. Unit yang saya tinggali saat ini juga menyediakan dapur yang lebih mumpuni. Maksudnya lebih lega di bandingkan tipe studio. Jadi kalau mau masak, agak lebih nyaman. Perihal fasilitas tentu tiap apartment kurang lebih sama. Jadi tinggal kita nikmati dan pergunakan sesuai kebutuhan. Mengenai keamanan, apartment ini juga menggunakan access card. Saya rasa tiap apartment akan demikian.

Dibalik beberapa hal positif yang saya rasakan, ada hal negatif yang juga tidak bisa dihindari. Karena luasnya yang terbilang kecil, maka untuk keluarga yang sudah memiliki lebih dari satu anak terasa  tidak cukup. Mungkin untuk yang punya satu anak masing terjangkau. Namun jika lebih dari satu anak dan cenderung usianya sudah besar (usia TK atau SD), maka akan semakin terbatas. Entah jika mereka tinggal di unit dengan tiga kamar. Karena saya merasakan tinggal di unit studio dan dua kamar, tentu ada rasa kurang cocok untuk keluarga.

Tinggal di apartment juga kurang cocok untuk yang menyukai tanaman dan hewan peliharaan. Sebab semua cenderung terbatas. Kurang cocok juga untuk yang sering mengadakan acara. Karena luasnya terbatas, jadi minim untuk mengundang tamu. Selain itu harus siap jika mendengarkan suara orang-orang di koridor. Namanya juga tinggal bersama orang-orang lain dalam satu lorong lantai, jadi sesekali akan mendengar suara buka pintu atau orang bicara. Perlu sabar juga karena kalau mau pergi harus turun lift menuju kendaraan. Saat pulang juga harus naik lift dulu baru masuk unit. 

Banyak yang mengatakan bahwa tinggal di apartment jauh lebih mahal. Hm.. karena ini baru dua tahun saya tinggali dan belum punya pengalaman tinggal di rumah sendiri, jadi antara iya atau tidak mengenai pendapat tersebut. Memang di apartment ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Seperti langganan parkir mobil. Sebab, kalau tidak langganan tentu akan lebih mahal dalam bayar parkir. Nah pengeluaran ini yang tidak ditemukan jika tinggal di rumah sendiri. Bayar Iuran Pemeliharaan (IPL) mungkin lebih mahal jika di bandingkan dengan rumah. Namun, itu menjadi konsekuensi yang perlu di tanggung karena memutuskan tinggal di apartment.

Apakah selamanya akan tinggal di apartment? Oh.. tentu tidak.

Saya dan koko masih punya niat untuk tinggal di rumah. Kami masih mau berjejak di tanah, maklum dua tahun ini tinggal serasa di awan. Sebab tempat kami tinggal tinggi sekali hhhe.. Hanya saja untuk biaya masih perlu kami perhatikan lebih lanjut. Makanya kami memutuskan untuk menyewa dulu unit dengan dua kamar. Agar biaya lainnya bisa kami pertimbangkan sambil menabung. Unit studio sedang kami sewakan dengan bantuan Travelio. Lumayan bisa menutup untuk biaya tinggal di unit dua kamar. 

Menyadari bahwa rumah menjadi kebutuhan utama yang tidak bisa di tunda. Namun, bisa di gantikan sementara dengan pilihan tinggal di apartment. Karena masih berdua, jadi merasa nyaman saya tinggal di unit dengan luas terbatas :)



Gambar: Dokumentasi Pribadi

Cover : Canva, edit by me


14 comments

  1. Akuuuu, aku suka bermimpi bagaimana rasanya tinggal di apartemen yang notabenenya seperti hotel tapi dalam durasi tahunan. Rasanya pasti unik dan dengan segala kemudahan dalam fasilitas, rasanya jadi dimanjakan ya ci. Walaupun bayar maintenancenya mahal banget (katanya), tapi hidup kita dimudahkan ketika tinggal di apartemen, apalagi kalau di bawahnya ada emol. Asik banget sih 😆
    Dan, karena luasnya yang minim, kita jadi bisa memaksimalkan ruangan yang ada semaksimal mungkin. Juga meminimalisir barang-barang yang nggak akan kepakai, jadi lebih hemat dari sisi pengeluaran belanja 🤭
    Btw, kalau dapat unit dekat lift itu kurang nyaman ya. Soalnya jadi kedengaran suara lift tinung tinung sama suara orang keluar masuk lift yang kadang sambil ngobrol 😂

    Semoga kelak ci Devina dan koko bisa menemukan rumah napak yang nyaman ya ☺️

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menyenangkan loh liaaa hhhaa.. Kalau untuk jangka waktu tidak terlalu lama, tidak ada salahnya sih mencoba. Aku sendiri merasa nyaman sih, karena ini situasi baru juga untuk aku kan. Namanya kebiasaan tinggal di tempat berbentuk rumah, saat di apartment awal-awal berasa norak hhha.

      Betul, fasilitas tiap apartment pasti beda-beda. Wah.. kalau bawahnya mall, bisa tiap hari turun kesana. Cuci mata saja sebentar hhaa. Ya.. plus minus sih Li. Kalau dalam satu lorong masih sedikit yang tinggal, unit kamu dekat lift ada untungnya juga. Jadi berasa "Rame". Kalau satu lorong sudah penuh yang tinggal, dekat lift akan cukup terganggu sih.

      Amin.. Makasih yaaa Lia :))

      Delete
  2. Waaaa congrats ya sedang hamil dede bayi 🤩🤩 sehat dan lancar semua sampai lahiran.

    Rasanya memang tinggal di apartemen jaid impin banyak orang. Lebih ke kepingin tau rasanya kali ya hahaha

    Tapi sepakat sih. Kalau buat berkeluarga dengan anak2 memang lebih cocok kalau rumah napak ya. Kebayang dulu waktu aku kecil seneng banget bisa main sama tetangga sore2. Banyak tempat buat lari2 sepuasnya. Kalau di apartemen mungkin sulit ya karena sosialisasi kurang.

    Semoga segera ketemu rumah tapak impiannya. Biar nanti bisa jadi konten blog buat membandingkan biayanya hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa.. kalau sementara sih menyenangkan karena menemukan suasana baru. Sosialisasi mungkin saja bisa, cuma pengalaman aku sih kadang susah ketemu orang sebelah unit. Bukan layaknya main ke tetangga kalau kita di rumah. Apartment berasa lebih punya privasi sih, karena ya masing-masing gitu.

      Paling kalau mau sosialisasi saat ketemu di fasilitas umum atau di tamannya. Banyak juga kok anak-anak pada main di taman atau kolam renang khusus anak hhhe. Jadi, mungkin itu sebagai sarana untuk ngobrol-ngobrol yaa.

      Amin.. makasih yaaa :))

      Delete
  3. Saya di Bali tinggal di rumah, while di Korea tinggalnya di apartment mba 😂 jadi I feel you bangettt deh soal suka dukanya apartment ~

    Nggak beda jauh dengan poin mba Devina, di apartment poin plusnya lebih merasa aman dan ringkas. Barang nggak banyak dan lebih terkendali kalau mau kalap belanja karena sadar nggak punya tempat buat simpan barang 🤣 cuma nggak enaknya kalau di Korea itu berhubung banyak yang suicide jadi suka parno saat pilih apartment. Harus makesure ini apart-nya baru. Dan memang nggak ada yang aneh-aneh 🙈 selain itu, all iz gewd sih. Oh dan satu hal yang membuat saya prefer apart di Indonesia, yaitu fasilitasnya yang mantap. Di Korea jarang ada apart punya fasilitas kolam renang, gym dan sejenisnya. Kalau pun ada, biasanya sudah di atas 20 milyar harganya. Parah 😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah Mbak Eno jadi punya pengalaman di dua tempat tinggal berbeda dengan suasana yg beda jugaa hhha..

      Aduhh.. ngeri juga yaa mbaak 🤣 Musti ekstra detail dan hati-hati pas nyari apartment. Syukurlah kalau ketemu yg ga aneh-aneh.

      Waaahh mahaal jugaaa. Itu kalo di Indonesia bisa beli rumah berapa unit tuuhh 🤣🤣

      Delete
  4. Dulu di Jepang tinggal di apartemen, tapi yang disebut apartemen (apato) juga sama aja kayak bangunan kontrakan 3-5 tingkat. Kalau yang mirip kayak apartemen di Jakarta, rata-rata nyebutnya mansion. Beda di fasilitas dan harga tentunya.

    Sekarang sih di Jakarta tinggal di kosan aja, nyari yang murahhh... tapi ternyata ga murah-murah amat juga... hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah kalo di Jepang apartment nya berbeda-beda yaaa. Iyaa rata-rata bisa berbeda harga dan fasilitas.

      Hidup di Jakart memang keras yaa hhhha 🤣

      Delete
  5. Waaah aku jd tau rasanya tinggal di apart gimana lewat tulisan mba Dev😍😁 Sebagai seseorang yg bercita-cita untuk study abroad atau live overseas, tinggal di apartemen jg pasti jadi salah satu bagian dari impian. Pengen ngerasain kayak orang Korea yg tinggal di apart gara2 kebanyakan nonton drakor🤣😆. Sebetulnya salah satu keinginan untuk bisa tgl di apartemen karena poin praktis itu sih mba😁. Aku pengen nerapin hidup minimalis tp terkadang ruang yg luas bikin kita gak punya alasan buat meminimalisir kebutuhan yg ingin disimpan. Semoga suatu saat bisa tercapai salah satu dari impiannya, dan semoga keinginan mba untuk bisa pindah ke rumah yg lebih menjejak tanah bisa segera terwujud ya mba😍

    Brw, sepenglihatanku memang biaya tinggal di apartement lebih mahal ya mba, tapi kalau dipikir-pikir sama juga mahalnya dengan biaya cicilan atau beli rumah baru. Ditambah tiap tahun harga properti pasti bertambah, kayaknya aku harus ekstra keras nih kerjanya supaya bisa punya tempat tinggal juga nanti di masa depan. Do'akan ya mbaa, wehehhe😁🤗

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Awl, praktisnya lebih dapat kalo di apartment. Karna kan tidak bisa menaruh barang terlalu banyak. Jadi apa yang ada emang dibeli berdasarkan kebutuhan.

      Karna dua tahun ini masih tinggal di apartment, aku rasa lebih mahalnya itu karena ada maintenance juga. Ditambah kan fasilitas yg ada juga sudah lengkap. Ibaratnya ga usah ke kolam renang atau tempat gym lain. Tinggal turun saja ke bawah 🤣

      Delete
  6. Aku slalu sukaaa tinggal di apartmen daripada rumah. Alasan pertama, aku suka ketinggian.

    Alasan kedua, aku ga terlalu suka bersosialisasi dengan tetangga mba. Sementara kalo tinggal di rumah, mau ga mau, pasti hrs ada basa basi dengan tetangga kiri kanan. Belum LG kalo ada yg bawel dan kepo :p. Ngadepinnya berasa mau marah.

    Tapi sayangnya, suamiku tipe yg luwes dan supel. Dan dia justru suka beramah tamah dengan tetangga :D. Jadi mau ga mau, aku hrs ikut tinggal di rumah. Sementara apartment yg dipunya, itu disewain ke orang lain. -_-

    Memang sih jd ada pemasukan tambahan. Tp tetep dlm hati aku pengeeeen banget bisa tinggal di apartmen aja. Lebih sesuai Ama jiwaku :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang kalau di apartment terkesan individualis karena mungkin jarang untuk bertetangga hhhe.. Karena sudah menikah jadi berkompromi ya mbak untuk akhirnya tinggal di rumah. Mungkin saat ini menjadi keputusan yang terpat untuk mbak, suami, dan keluarga hhee..

      Sabar mbaak, siapa tahu nanti bisa kembali tinggal di apartment :)

      Delete
  7. Uwah... Saya tinggal di desa mbak, jadi belom tahu apartmen kayak gimana. Cuman dulu pernah berharap bisa tinggal di apartmen. Karena saya suka sendiri jadi kayaknya asyik aja tinggal di apartmen dimana nggak banyak orang kayak di rumah yang sebelahnya rumah tetangga.
    Tapi gegera pernah nonton film korea yang judulnya door lock saya jadi agak takut membayangkan tinggal di apartmen😂 ngeri juga kemana-mana sendirian. Meski begitu sekarang kadang masih suka ngayal tinggal di apartmen hi..hi...😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbaak, aku pun pertama kali tinggal di apartemen juga takut. Kepikiran kalau ada kebakaran dan gempa itu gimana, kan tinggalnya di lantai atas. Pasti tidak bisa turun pake lift, masa kudu naik tangga darurat, waahh bisa pingsan kaan hhha..

      Lama-lama karena sudah terbiasa, jadi yaa mulai nyaman. Mulai merasa betah dan senang saja jika kemana-mana sendirian. Karena aku juga kurang suka jika ramai-ramai. Maksudnya sosialisasi yang bisa menimbulkan julid nan nyinyir, jadi lebih baik di apartment yang bisa sendirian tanpa orang lain ikut campur hhhee..

      Delete

Halo, salam kenal!

Terimakasih ya atas kesediaannya untuk membaca tulisan ini. Boleh ditinggalkan komennya agar kita bisa berkomunikasi satu sama lain :)

Sampai berjumpa di tulisan-tulisan berikutnya.