Tips Atasi Overthinking

 


Tips atasi overthinking


Satu kata yang susah di hilangkan. Mengambil waktu bahagia, menyebabkan kesedihan, dan menghilangkan kesempatan positif. Akhirnya saya menemukan tips untuk mengatasi overthinking. Sebelumnya, saya ingin bercerita tentang apa yang terjadi. Kemarin malam saya kembali mengalami overthinking sampai menangis sebelum tidur. Entah kenapa, menjelang tidur mulai kepikiran apa pandangan dan komentar orang-orang seputar kehilangan Baby E. Saya membangun skenario dalam kepala, lengkap dengan dialognya. Saya membayangkan ketemu saudara dan mereka berkomentar seputar Baby E. Saya hanyut dalam permainan peran yang dibikin sendiri. Berusaha untuk tetap fokus pada dialog yang ada. Tanpa sadar saya malah menangis sendiri di kamar. Akhirnya saya keluar kamar dan menghampiri Koko. Dia kaget kenapa tiba-tiba saya menangis. Saya cuma bisa menangis dan tidak bisa menjawab pertanyaan dia. Setelah tenang saya baru bilang bahwa ingat Baby E. Padahal semua bermula ketika saya membangun skenario dalam kepala.

Pernahkah kalian seperti saya? Seperti di kepala banyak dialog dan adanya orang-orang silih berganti. Layaknya sedang menonton film, namun ini berada di dalam kepala. Saya sering begitu dan tidak jarang berakhir dengan menangis. Apalagi jika tersentuh titik terlemah, yaitu meninggalnya Baby E. Biasanya skenario di kepala baru berhenti jika saya sampai menangis. Kadang di saat sedang tenang, berpikir kenapa saya hobi sekali menyakiti diri sendiri? Itu semua hanyalah pikiran ngaco yang saya bangun. Bukanlah sebuah kenyataan yang sudah saya alami. Namun, saya merasa hanyut dalam pikiran-pikiran tersebut dan membiarkannya sampai membuat saya sedih dan terluka.

Saya pernah konsultasi dengan psikolog dan hasilnya saya termasuk orang yang memiliki kecemasan tinggi. Sebetulnya saya sudah sadari itu sejak kuliah Fakultas Psikologi. Sambil kuliah serasa merasakan gejala dari gangguan tersebut. Walaupun demikian saya belum sampai tahap terapi yang berlanjut. Sebab, masih bisa melakukan aktivitas dengan normal. Saya masih berusaha mengenali kecemasan dulu atau overthinking dulu. Intinya keduanya membuat diri saya tidak nyaman. Hal yang bisa di lakukan adalah mencari yang disukai untuk mengatasi kedua rasa tersebut. Akhirnya saya menulis tulisan ini

Kemarin saya nonton drakor It's Okay to Not Be Okay. Kali ini lebih bisa mengontrol diri dan satu hari nonton dua episode saja. Saya baru nonton sampai episode ke-2 dan merasa seperti menonton film di kelas mata kuliah Teori Kepribadian. Ternyata hal yang menganggu pada mental itu memang perlu untuk dianggap serius. Terlalu dini jika saya merasa bahwa film ini mengandung banyak pelajaran. Dua episode pertama membuat saya mendapatkan insight bahwa tiap orang punya masalah berbeda. Tidak perlu untuk dinilai dari kacamata kita sebagai penonton. Sebab, orang tersebut yang menjalani kehidupannya. Dua episode sudah saya tonton mengajarkan bahwa keluarga dan orang sekitar juga memegang peranan penting dalam kehidupan. Makanya kita disebut sebagai makhluk sosial, karena memang masih berhubungan dengan orang lain.

Akhirnya saya menemukan apa yang membuat diri ini nyaman ketika overthinking muncul:

Butterfly Hug

Bagi yang sudah menonton It's Okay to Not Be Okay, tentu tahu mengenai Butterfly HugButterfly Hug membantu untuk kita bisa mengontrol emosi dan membuat kita tenang. Caranya adalah:

  1. Silangkan kedua tangan di depan dada (Pastikan telapak tangan menyentuk kedua ujung pundak).
  2. Tepuk telapak tangan di kedua ujung pundak (layaknya kepakan sayap kupu-kupu).
  3. Lakukan sambil menarik nafas dalam secara perlahan dan hembuskan nafas dengan perlahan.
Butterfly Hug bisa di lakukan hingga kondisi lebih tenang. Sambil melakukan itu, berusaha untuk kenali perasaan yang dialami. Kalau saya kemarin adalah perasaan sedih. Jadi merasakan perasaan sedih dan efek ke tubuh, seperti menangis dan badan menjadi sedikit panas. Merasakan dan mengeluarkan emosi yang ada membantu tubuh agar tidak menimbun hal negatif.

Melakukan aktivitas yang disukai

Saya suka menulis, sehingga penyaluran emosi bisa di lakukan dalam bentuk tulisan. Namun, saya mohon maaf kepada teman-teman pembaca, sebab harus membaca tulisan saya yang penuh emosi negatif. Saat ini kondisi saya sudah lebih tenang dan tidak memikirkan skenario lainnya. Saya merasa setelah menulis, pikiran  saya lebih tersalurkan dengan cara yang tepat. Ketimbang hanya dalam kepala dan membuat diri saya berada dalam keadaan negatif. Saya ingin berbagi agar teman-teman tidak merasakan hal yang sama dengan saya. Saya berharap teman-teman yang punya masalah seperti saya, kita bisa sama-sama mengatasi. Karena setelah sadar, ternyata saya membuang-buang waktu untuk memikirkan dan terjerumus dalam perasaan negatif yang dibuat. Bukan kenyataan yang ada.

Mandi air hangat

Tadi pagi saya bangun kesiangan. Niatnya mau #tanoswalkingchallenge dan yoga, berakhir saya kembali tiduran setelah Koko berangkat kerja (hari ini jadwal dia WFO dan saya WFH). Mikirnya mau rebahan lagi beberapa menit, ternyata bablas sampai jam 9 lewat. Pantas bangun tidur malah sakit kepala. Efek menangis sebelum tidur dan bangun kesiangan. Akhirnya saya bangun dan mandi dengan air hangat. Ternyata air hangat membuat saya lebih rileks dan tenang. Sambil pakai sabun yang wangi, itu juga bikin saya merasa senang. Terkadang perlu melakukan hal-hal kecil untuk memanjakan diri. Semata-mata demi membuat diri menjadi lebih baik. Tidak ada salahnya egois sebentar dan fokus pada diri sendiri.

Mengucapkan terimakasih pada tubuh

Ini menjadi bagian yang sulit dan jarang saya lakukan. Namun, sejak banyaknya kalimat seputar kesehatan mental, akhirnya saya mencoba untuk mengucapkan terimakasih pada tubuh saya. Sebab tubuh saya menjadi korban dari pikiran yang ada di kepala. Padahal tubuh saya tidak tahu menahu seputar pikiran yang saya bangun. Kadang saya memeluk diri sendiri dengan erat sebagai bentuk bahwa saya, tubuh, dan pikiran bisa sama-sama selaras. Dibalik kesedihan kemarin akibat overthinking, saya kembali diingatkan bahwa ada kesempatan hidup yang terus diberikan. Koko pun bilang tentu Baby E tidak mau melihat saya sedih, bahkan bisa jadi dia ikutan sedih. Daripada kami berdua saling sedih, lebih baik melakukan hal yang menyenangkan. Saya tidak mau anak saya sedih. Saya tidak mau suami saya sedih. Saya tidak mau diri sendiri selalu sedih. Saya menyadari bahwa hari ini bisa sadar, besok-besok kembali terulang cemas dan overthinking. Layaknya lingkaran yang terus memutar dan tidak tahu kapan berhenti. Namun, cara untuk tidak overthinking adalah berhenti berpikir. Jadi, daripada terus berpikir tidak jelas ujungnya, saya melepaskan diri untuk menerima apa yang terjadi. 

Terkadang rasa pasrah perlu juga dirasakan namun pada porsinya. Jika terlalu pasrah maka tidak ada kata mencoba dan ambil kesempatan. Jika terlalu bersikeras harus sesuai maunya, tentu tidak bisa tercapai secara utuh. Hidup sungguh rumit ya. Kadang merasa ingin kembali menjadi anak-anak. Namun, bukanlah suatu keputusan yang tepat. Jadi buat teman-teman yang punya overthinking seperti saya, yuk sama-sama kita atasi. Agar bisa menjalani hidup lebih tenang dan bermakna. Semangat!🤗


Cover: Canva

Devina Genesia







17 comments

  1. Devinaaa, peluk jauh dulu! 🤗 Semoga sekarang sudah jauh lebih baik yaa (:

    Skenario di dalam pikiran sendiri itu sering terjadi sama aku kalau sedang stres. Mendadak bisa sedih sendiri membayangkan skenario yang jelas-jelas tidak terjadi dalam kehidupan nyata. Terkadang memang kita sendiri yang "jahat" memperlakukan pikiran dan hati seenaknya ): Terakhir aku mengalami hal ini bulan lalu, namun untungnya bisa teratasi dengan baik. Aku langsung menumpahkan skenario tersebut di dalam jurnal, setelah itu aku mencoba berdiam diri dan berdoa. Besoknya pikiran tersebut sudah hilang dan suasana hati jauh lebih baik (:

    Syukurlah kalau kamu udah bisa menemukan cara untuk mengatasi overthinking ini. Metode butterfly hugs itu sepertinya menarik untuk dipraktikkan hihi

    Makasih banyak yaa udah sharing ini yaa 💕😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudah jauh lebih baik ko ci. Makasih yaa ciii *bighug

      Iyaa.. kadang aku pun merasa kenapa jahat sama diri sendiri. Padahal rencana Tuhan itu menyenangkan, kenapa malah aku yang cari-cari masalah sendiri. Biasanya hari ini sadar, beberapa hari lagi bisa kumat. Semoga aku bisa lebih berpikir positif. Semoga cici juga lebih tenang dan berpikir positif yaa.

      Sama sama ci, makasih jugaa sudah berbagi. Aku belum biasa untuk buat jurnal, jadi maaf kalau tulisa di blog selalu penuh curhatan sedih huhuu..

      Delete
  2. *ikutan bersama-sama dengan Ci Jane peluk Ci Devina, lalu kita seperti Teletubies yang sedang berpelukan* 🤭. Semoga Ci Devina udah merasa lebih baik ya sekarang 🤗

    Aku setuju banget kalau mandi air panas dapat membuat rileks. Lebih mantap lagi kalau bisa berendam di air panas, rasanya selain beban di tubuh semua terangkat, dosapun terangkat semua sebab abis berendam, rasanya badan ringan sekali seperti bulu 🤣

    Sewaktu melihat metode butterfly hug di drama it's okay dan mencoba menirunya, memang benar mampu memberikan perubahan pada mood menjadi lebih kalem 😍 keren sekali orang yang menemukan metode ini ya, Ci.

    Terima kasih juga udah sharing tips-tips ini, Ci ♥️
    Tambahan dariku, kalau lagi overthinking, kadang ngemil bisa membantu membuat mood menjadi lebih baik hihihi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih yaaa Lia *bighug

      Iyaa.. emang air hangat itu bikin tenang. Semua yang hangat seperti makanan dan minuman juga bikin tenang. Emang nih ngemil bisa jadi alternatif dalam kondisi apapun yaa hhha.. Siap, next time akan di coba ngemil biar lebih fokus ke makanan daripada pikiran makin ngaco 🤣

      Iya.. metode tersebut sederhana tapi pas aku coba ngerasa tenang. Seperti puk puk diri sendiri gitu hhhee..

      Delete
  3. Perasaan overthinking memang sangat menganggu. Apalagi jam-jam malam, ketika mau tidur dan sudah sunyi. Pikiran ke mana-mana. Meski ada baiknya juga karena beberapa tulisan saya lahir dari pemikiran sebelum tidur itu.

    Berterima kasih dengan tubuh itu memang perlu. Sekali waktu, saya pernah dapat wejangan dari salah satu senior bahwa kita memang harusnya berterima kasih dengan tubuh. Maka ketika kita sakit, itu cara tubuh mengkomunikasikan dengan kita bahwa kita perlu istirahat atau rehat sejenak.

    Bersama kak Jane dan kak Lia, saya mau ikutan beri semangat lewat peluk jauh. Semoga tetap riang dan bahagia, kak Devina

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali Mas Rahul... kalau uda sendiri mau tidur, duhh... godaan untuk mikir macem-macem itu kuat sekali.

      Iyaa.. kadang kita lupa bahwa tubuh kita sudah bekerja dengan keras. Makasih yaa Mas atas supportnyaaa 😊

      Delete
  4. Kak Devina luar biasaa, sudah bisa sekuat ini sampai sekarang😊

    Overthinking memang sangat nggak enak ya, Kak. Yang awalnya kita santai, saat overthinking datang, skenario negatif malah muncul di otak kita. Kak Devina, aku juga suka tibatiba overthinking kalau sudah menyangkut masalah keluarga😔 tapi aku percaya aku bisa melewatinya. Jadi kadang menangis itu wajar kok Kak! Asal abis itu kita cepat-cepat mencari motivasi untuk healing😊

    Semoga Kak Devina bisa benar-benar segera pulih dan cepat-cepat jauh dari overthinking ya kakkk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih yaa Jez...

      Semoga kita sama-sama bisa mengatasi segala yang berhubungan dengan overthinking yaaa... Iyaa, emang butuh cari motivasi untuk healing. Menulis di blog jadi salah satu motivasi aku untuk healing hhhe..

      Semangat yaa kamu... 😁

      Delete
  5. Speechless, pengen meluk, huhuhu.

    Saya jadi ingat sepenggal buku PULIH yang saya baca, di mana seorang ibu yang sulit bangkit dari rasa kehilangannya.

    memang ya, rasa kehilangan itu begitu dalam, begitu butuh tenaga yang kuat untuk bisa bangkit dari kesedihan.
    Cuman bisa mendoakan dan memeluk dari jauh, huhuhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih yaa Mba Rey...

      Iyaa.. kehilangan itu emang momen berat yang cukup sulit untuk kembali bangkit. Aku pun yang belajar psikologi sadar bahwa sekarang aku sedang di tahap apa. Tahu habis ini akan melalui tahap apa. Cuma emang kalau di jalani tidak semudah baca teori buku.

      Makasih yaa Mba 🤗

      Delete
  6. KaDev, peluk dari jauh yaaa, semoga semakin ke sini lebih semangat lagi 😇

    Overthinking ini juga sering kulakukan, tanpa bermaksud sih, tp datang sendiri pikiran2 itu. Biasanya aku berusaha mengalihkan ke nulis. Tapi menulis dengan tangan. Entahlah, lebih nyaman nulis langsung, kayaknya energi negatifnya juga tersalurkan. Biasanya lebih lega setelahnya. Pikiran yg ruwet di kepala bisa terurai. Aku jadi lebih paham klo sebenarnya yang kurasa bukan marah, tapi takut. Jadi lebih jernih. Mungkin KaDev juga bisa coba 😊 Selalu sehat dan tersenyum yaa 🤗🤗

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin... makasih yaa Mba 🤗

      Wah.. ide bagus nih, aku belum pernah nulis pake tangan sih. Biasanya langsung nulis di laptop seperti ini. Next time mau aku coba. Makasih yaa sudah berbagi cara baru ini 😊

      Delete
  7. Aku pun peluk jauh ya kk Devinaa. I feel you. Aku pun ngerti rasanya kehilangan. Gimana sedihnya. Aku jg baru kehilangan adikku. Duh, pingin nangis rasanya.

    Anyway, aku senang kk Devinaa udah temukan cara berdamai dg kehilangan. Menerimanya. Aku juga berterima kasih kk Devinaa mau sharing..

    Moga nanti kita bisa ketemuan n ngobrol ya😊

    Salam Sayang dari jauh😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Turut berduka cita yaa kak 🙏

      Iyaa perlu untuk menerimanya. Semoga kakak juga mulai bisa menerima yaa.

      Sama sama, makasih juga kak uda berbagi. Semoga kita bisa ngobrol langsung yaa 😊

      Delete
  8. Lagi butuh banget tulisan yang begini, kenapa seseorang mengalami overthinking parah dan bagaimana cara dia mengatasinya. Aku jadi tertarik ingin menonton film It's Okay to Not Be Okay, mana tau dapat membantu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo kak.

      Menarik kok kak filmnya jadi bisa untuk di tonton hhee. Semoga kakak bisa menemukan cara yang tepat yaa sambil berproses untuk mengatasinya.

      Delete

Halo, salam kenal!

Terimakasih ya atas kesediaannya untuk membaca tulisan ini. Boleh ditinggalkan komennya agar kita bisa berkomunikasi satu sama lain :)

Sampai berjumpa di tulisan-tulisan berikutnya.