27 November 2021 menjadi hari bersejarah untuk Si Dede (Adik saya). Sebab hari itu dia melaksanakan wisuda S2. Akhirnyaa kami berdua bisa berfoto bersama dengan jubah wisuda yang memiliki dua strip. Dua strip menjadi tanda Wisudawan/Wisudawati lulusan Magister (S2). Langsung selesai acara wisuda, kami ke studio foto untuk berfoto bersama. Momen ini bikin haru karena tiga tahun yang lalu, saya berada di posisinya. Dipanggil untuk keatas panggung dan dipindahkan tali topi oleh Dekan. Tahun ini dalam kondisi terbatas karena pandemi, acara wisuda bisa berjalan dengan lancar. Acara wisuda kampusnya memang terbagi menjadi dua, secara online dan offline. Si Dede memutuskan untuk mengikuti secara offline, yakni datang ke gedung acara. Walaupun orang tua sempat khawatir, namun prosedur yang dilakukan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Wisudwan/Wisudawati serta orang tua yang datang perlu melakukan swab test terlebih dahulu dan membawa hasil tes tersebut. Selesai perpindahan tali topi, Wisudawan/Wisudawati beserta orang tua harus segera pulang. Meskipun acara masih berlangsung karena masih ada dari fakultas lain yang belum di panggil. Alasan Si Dede ikut acara secara offline agar bisa merasakan sensasi wisuda kembali. Sebab jika online akan merasa berbeda suasananya.
Keputusan kami untuk melanjutkan pendidikan bisa dibilang tanpa hambatan. Bersyukur kedua orang tua kami mendukung keputusan ini. Sebenarnya saat saya bilang ingin melanjutkan pendidikan Magister, Mama sempat tidak langsung mengizinkan. Saat itu saya masih bekerja dengan status karyawan tetap. Kemudian saya baru bekerja kurang lebih satu tahunan. Mama merasa saya terlalu cepat mengambil keputusan tersebut. Namun, setelah di usut lebih lanjut, Mama khawatir saya susah mendapatkan jodoh. Karena pemikiran kalau saya terlalu pintar, nanti laki-laki takut kepada saya ๐ Masih adanya stigma seperti itu tentu butuh penjelasan dan pengertian yang diberikan kepada Mama. Sedangkan Papa saya langsung mendukung karena baginya pendidikan adalah investasi seumur hidup. Mau kita nantinya punya pasangan, banyak uang, kerjaan mapan, dsb tidak akan sebanding dengan pendidikan yang perlu dikejar. Karena menurut Papa, pendidikan itu terus berkembang setiap waktu. Sedangkan uang dan kerjaan adalah harta yang bisa berkurang sewaktu-waktu.
Setelah bicara dan menjelaskan kepada Mama, akhirnya dia setuju saya melanjutkan pendidikan lagi. Bagi saya, kembali belajar di saat belum menikah adalah keputusan tepat. Sebab, prioritas dan fokusnya belum begitu terbagi. Saya saat itu fokus bekerja dan kuliah. Belum memikirkan suami atau bahkan anak. Namanya kita sebagai manusia yang berencana, Tuhan pula yang menentukan. Saat itu saya memutuskan untuk menikah di usia 27tahunan. Maksudnya selesai kuliah, saya ingin kembali bekerja dan fokus membangun karir. Siapa duga, saat mulai kuliah saya semakin akrab dengan Koko. Kami memutuskan untuk menikah di saat saya masih mengerjakan Tesis ๐ Memang waktu Tuhan yang tepat. Meskipun begitu saya tetap bisa menyelesaikan kuliah sesuai waktu yang ditetapkan.
Hal sama terjadi sama Si Dede. Saat dia memutuskan untuk kuliah lagi, Mama awalnya menentang. Bukan cuma perkara jodoh, tapi memang Si Dede dari dulu urusan pendidikan suka malas-malasan. Saat sekolah saja suka malas belajar dan mengerjakan tugas. Mama takutnya dia tidak fokus kuliah, apalagi saat itu dia sambil bekerja. Saya pun juga kepikiran, kira-kira dia bisa menyelesaikan tepat waktu atau malah mundur dari jadwal yang ada. Ternyata dia bisa membuktikan kepada diri sendiri dan kami, bahwa dirinya bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu ๐Cuma memang ada yang harus dikorbankan, yaitu pekerjaannya. Akhirnya dia resign dan fokus untuk kuliah. Namun, saat ini dia sudah kembali bekerja dengan gelarnya yang baru ๐
Lantas saat selesai acara foto, Si Dede nyeletuk ke saya "Ci, ga mau lanjut S3?" ๐ฑ Omaigat saya shock mendengar pertanyaan itu. Apalagi Si Koko bilang, "Lanjut kuliah geh biar jadi Profesor." Alamak... saya anaknya suka mudah bosan, jadi belajar hal baru adalah sesuatu yang bikin saya mendapatkan energi baru. Cuma untuk kembali lanjut kuliah sepertinya pikir panjang dulu deh. Jujur mulai malas untuk baca buku yang isinya teori dan mengerjakan tugas-tugasnya ๐คฃ Beberapa minggu lalu ikut training sebagai perwakilan dari kantor, saya merasa lambat dalam menangkap materi. Apalagi dilakukan secara online, semakin gagal fokusnya. Kacau berasa materi yang disampaikan sulit di cerna ๐คฃ Apalagi jika harus kuliah dan belajar ini dan itu, duhhhh ga kebayang bisa mumet sepertinya hhha..
Sebagai anak yang banyak maunya tapi minim realisasinya (Ups ✌), saya sudah bilang ke Koko dan Dede bahwa ingin kursus ini dan itu. Salah satunya kursus Bahasa Korea. Maklum mulai kena demam drakor, jadi penasaran dan ingin mempelajari bahasanya. Kebetulan Si Dede saat menunggu dapat panggilan kerja, ia sudah ikut kursus Bahasa Korea untuk level dasar. Saya pun jadi mau kursus karena tidak mau kalah ๐คฃ Apa daya niat tersebut dikalahkan oleh kemageran. Padahal kursusnya sendiri masih online, cuma kok masih malas yaaa ๐ Jadi daripada kuliah lagi, saya berencana untuk mengikuti kursus atau sertifikasi materi tertentu. Cuma ya itu tunggu semangat dan tidak mager ๐
Momen Si Dede wisuda kemarin jadi tahap baru untuk orang tua kami. Sebab, mereka yang tidak bisa melanjutkan kuliah karena keterbatasan biaya, bisa mengantarkan anak-anaknya sampai level pendidikan yang mumpuni. Papa kami selalu bilang, meskipun kami berdua wanita tetap perlu memiliki pendidikan yang tinggi. Karena Papa Mama bukan berasal dari keluarga berada dan tidak berpendidikan, jadi kami harus punya pendidikan tinggi. Sebab menurut Papa agar kelak kami tidak dihina orang lain ๐ Hal itulah yang membuat saya dan Dede fokus mengambil kesempatan yang ada. Selagi kami mampu dan ada kesempatan tersebut, pendidikan pun kami lanjutkan. Semata-mata bukan sekedar jenjang karir untuk nantinya, namun membuktikan bahwa meskipun berasal dari keluarga yang tidak berpendidikan, namun mereka mampu mendidik kami hingga level S2. Tentu rasa bangga pun kami rasakan sebagai upaya bahwa ikut memberikan mereka kebahagiaan karena melihat anaknya "sukses" dalam segi pendidikan ๐
Oiya perihal kursus Bahasa Korea atau kursus lainnya, adakah yang sama seperti saya ingin mengikuti ini dan itu tapi belum terrealisasi? Atau ada rekomendasi tempat kursus online untuk Bahasa Korea? Next akan saya pertimbangkan untuk mengisi waktu luang ๐
halo kak Devina,
ReplyDeleteaku terharu baca tulisan kakak kali ini. mama yang bersikeras menentang karena kwkhawatirannya yang sangat bisa kita pahami sebagai seorang ibu dan papah yang mendukung karena emang benar ya pendidikan itu investasi jangka panjang. ternyata perjuangan yang gak mudah ya untuk melanjutkan pendidikan, banyak kendala dan pertimbangan. jadi inget kisah sendiri, ups, hehehe
tapi aku setuju sih...maksudnya setuju soal upgrade skill atau at least ambil kursus. mau bahasa korea atau yang lain. meski mager adalah tantangan berikutnya! hahahaha
aku termasuk fans drakor juga sama kaya kakak tapi gak niat belajar bahasa korea, wkwkwkwk. cukup dengerin aja deh di drakornya udah bisa lah dikit dikit bahasa korea. aku malah pengen memperlancar bahasa inggris terutama untuk menulis nih, maybe ambil kursus online juga. kemarin kursus bahasa korea ambil dimana kak?
btw, thanks for sharing such amazing story yaaa.
salam,
eka-artjoka
iyaa mbaa, bersyukur akhirnya mama bisa setuju juga dan support kami. Betul, soalnya mulai merasa butuh belajar sesuatu biar bisa menemukan hal baru. Cuma ya itu magernya aja lebih lama jadi niatnya perlahan berkurang ๐คฃ
DeleteAku pun ingin belajar bahasa inggris juga karena uda lama ga aktif menggunakannya. Jadi berasa makin ga fasih. Iyaa memang dengerin drakor lama-lama berasa familier sama kata-katanua. Cuma emang belum bisa untuk fasih saja.
Hi Ciiii :D Selamat atas kelulusan adiknya Ci Dev ๐ฅณ kalian berdua keren sekali sampai S2 ๐๐ aku sebenarnya ingin ambil S2 juga tapi malas ngerjain thesisnya, gimana dong ๐คฃ
ReplyDeleteBtw Ci, aku salut sama pemikiran papa Cici ๐ณ nggak banyak orangtua zaman dulu yang mendukung pendidikan seorang anak perempuan sampai setinggi-tingginya, jadi aku selalu kagum dengan orangtua yang punya pemikiran seperti papa Cici. Benar-benar sebuah privillege untuk bisa dapat dukungan seperti itu ๐๐ฅฐ Congrats sekali lagi untuk adik Cici! ๐ฅณ
Makasihhh Liaa.. Hhaa sesungguhnya aku pun juga mager kerjain thesis, adikku pun begitu. Cuma emang mau ga mau musti dikerjain kan ๐คฃ
DeletePapaku dulu ingin banget lanjutin sekolah, mulai dari tamatin SMA. Cuma karena kebentur biaya, akhirnya ga bisa lulus SMA, kuliah pun juga ga bisa. Makanya dia selalu wanti-wanti kami berdua agar bisa lulus kuliah. Mau lanjut S2 juga perlu, walaupun bukan kewajiban hhhee..
Congratulations untuk adiknya, mba Devina. Dan untuk kedua orang tua mba Devina yang sudah berhasil antar kedua anaknya ๐ Salut sama prinsip kedua orang tua mba Devina, kerja keras mereka dalam membesarkan anak-anak terbayar sudah ๐ฅณ
ReplyDeleteBy the way, saya dulu belajar bahasa Korea lewat TTMIK (talk to me in Korean), mba. Di situ ada banyak level, bisa langsung ke website mereka. Menurut saya, TTMIK sangat membantu saya dalam proses mengenal bahasa Korea ๐ Semoga mba Devina bisa pelan-pelan belajar dari sana ๐งก
Good luck, mba ~ ๐๐
Makasihh Mbaa ๐ฅฐ
DeleteWaahh aku baru tahu tuuhh. Nanti coba ku cek. Makasih mba atas infonyaaa..
Congrats buat adeknya dev ๐๐..
ReplyDeleteAku suka prinsip papamu, kalo mencari ilmu mah sebisa mungkin setinggi2nya. Apalagi kalo baru tamat S1, lanjut aja S2 sekalian. Mumpung semangat belajarnya blm pudar :). Suamiku juga ambil S2 nya waktu itu sekalian kerja. Jadi dia ambil kls malam di UGM yg cab Jakarta. Walo wisudanya tetep ke UGM Jogja . Tapi aku jujurnya tipe yg ga bisa kalo kerja sekalian kuliah gitu dev. Salah satunya pastiiii aja bakal jeblok. Makanya Krn tamat S1 langsung keterima kerja, dan gaji lumayan, aku ga tertarik lagi S2 ๐คฃ. Udah keenakan kerja ๐. Kalo skr, makin ga mau, udah kelamaan hahahaha. Aku lebih milih utk ngisi waktu ikutan webinar, ATO kelas online tapi yg singkat2 aja.
Eh samaaa aku juga pengen sih ambil kursus bahasa gitu. Dan kepengennya juga Korea, supaya bisa paham Drakor dan lagu2 ๐. Ama Jepang sih sbnrnya, biar kalo nyasar di sana, bisa nanya ๐คฃ. Info mba Eno di atas ttg les Korea , mau aku cari deh.
Aku pun merasakan kaya mba, pertama kali lulus kuliah dan dapat kerjaan, rasanya mau kerja aja. Cuma pas dapat kesempatan kuliah, jadinya ambil yg kelas malam. Cuma ujung-ujungnya aku resign juga sih, karena kebetulan aku dan koko satu perusahaan yg sama kalau mau married salah satu harus resign. Jadi aku resign dan fokus kuliah. Emang susah sih bagi waktunya antara kerja dan kuliah. Pulang kerja uda ngantuk dann capek, tapi harus ikut kelas dan kerjain tugas. Modaaarr ๐
DeleteIyaaa kursus bahasa sepertinya menyenangkan atau ikut kelas online. Apalagi sekarang banyak kegiatan yang online jadi lebih mudah di akses. Waahh Mba Fany mau belajar bahasa Jepang? Kereeen. Aku pun mau cek info dari Mba Eno yang kursus bahasa Korea. Siapa tahu jadi makin semangat untuk memulainyaaa hhee..
congratulations dede
ReplyDeleteyukk mbak les korea, aku dulu les korea tahun 2005 kayaknya, awal-awal boomingnya drakor juga, mungkin zamannya full house.
Dan awal-awal les udah sok kepinteren wkwkwk, padahal kosakatan nggak terlalu banyak
ehh sekarang malah jarang dibuka bukunya, jadinya lupa lupa ingat
aku dulu pengen nerusin ke S2, tapi kayaknya kurang disupport juga sama ortu, maunya waktu itu nyari beasiswa tapi belum berhasil karena nggak niat hahaha