Tulisan ini menjadi pengingat untuk saya sendiri setelah selesai menonton drama Korea berjudul My Liberation Notes. Setelah selesai menonton drama ini, saya merasa kosong dan hampa. Loh kok sudah selesai? Loh.. loh kok endingnya begini. Di satu sisi merasa salut dengan ending yang diberikan. Walau ada rasa tidak rela drama ini selesai, namun 16 episode memang sudah pas. Buat teman-teman yang belum menonton, wajib untuk ditonton. Kisah pembebasan dari masing-masing tokoh sangat relate dengan kehidupan kita sehari-hari. Nonton ini serasa sedang refleksi ke diri sendiri.
Saya memberikan judul tulisan ini "Liberation", mengambil salah satu kata dari judul drama tersebut. Karena dari drama ini saya seperti disadarkan untuk bisa mengambil langkah dengan pembebasan diri dari apapun juga. Seperti dari pikiran dan perasaan buruk yang muncul ketika bangun tidur. Dialog antara Gu dan Mi Jeong yang membahas bahwa ketika bangun tidur, kepala mereka dipenuhi dengan orang-orang yang tidak disukai dan mulut siap untuk mengumpatnya, itu ternyata bisa nyata kita alami. Saat bangun tidur, saya pernah merasa penuh dengan pikiran sebal akan seseorang. Alhasil bisa menghambat rutinitas pagi dan membuat saya terlambat pergi kerja. Padahal itu semua hanya berkumpul di dalam pikiran dan tidak muncul di depan mata. Jika sudah demikian, mood hari itu bisa terpengaruh dan sukses mengganggu aktivitas saya.
Saya pernah tidak suka terhadap seseorang. Dia tidak berbuat salah kepada saya, namun saya merasa bahwa kebersamaan kami tidak akan sefrekuensi. Kami sama-sama wanita, namun saya merasa tidak bisa nyambung ketika bersama dirinya. Saya tidak suka dengan sikapnya. Saya tidak suka dengan gayanya. Saya tidak suka dengan keterbukaannya. Saat saya memikirkannya saja bisa membuat badan panas menahan amarah. Padahal dia tidak pernah mengganggu saya satu kali pun. Sampai saya sadar bahwa ada yang tidak beres dengan diri ini. Akhirnya saat saya berdoa dan berusaha untuk menurunkan emosi, tersadar bahwa penerimaan menjadi sikap yang perlu di ambil. Saya perlu menerima bahwa dia ada di sekitar saya. Saya perlu menerima bahwa dirinya memang seperti itu. Saya perlu menerima bahwa ada hal-hal yang tidak cocok karena kepribadian kami berbeda. Saat itu saya merasa bebas dan lebih tenang. Saya merasa bisa menjalani aktivitas dan bertemu dengannya dalam kondisi hati yang tenang, bukan emosi tanpa sebab.
Pembebasan memang dibutuhkan apalagi dalam kondisi penat dan jenuh dengan apa yang sudah dilakukan. Melihat ending drama ini menunjukkan bahwa tiap tokoh menemukan pembebasannya masing-masing, saya merasa senang. Karena serasa ikut bertumbuh dari episode satu hingga akhir. Ikut berkembang berasama dengan tiap tokoh yang ada. Saya pun serasa diajak untuk bertumbuh dalam hidup dan memulai langkah demi pembebasan yang diharapkan. Terkadang saya merasa ingin bebas dari rasa khawatir dan cemas berlebihan. Ingin bebas dari rutinitas yang ada dan menerimanya sebagai bagian dari aktualisasi diri. Ingin bebas dari tuntutan yang ada. Padahal kata bebas itu relatif banyak arti. Menemukan apa yang menyebabkan hati ini tidak tenang pun bisa bagian dari pembebasan diri. Sebab dengan mengetahui penyebab, tentu semakin mudah untuk mengatasinya.
Seiring bertambahnya usia, kejenuhan dalam menjalani rutinitas semakin terasa. Semakin merasa hidup terlalu monoton dan ingin keluar atau berhenti sejenak. Di awal saya meragukan drama ini karena dari poster dan sinopsisnya terkesan membosannya. Episode awal memang terasa lambat, namun benar-benar menggambarkan kehidupan dewasa di rumah dan kantor. Sampai episode berikutnya semua berjalan dengan cepat dan membuat saya merasa sayang drama ini selesai. Namun menyisakan rasa nyaman untuk saya karena menjadi pengingat bahwa perlu berjalan selangkah demi selangkah dan fokus pada hal bahagia. Seperti perkataan Mi Jeong, tiap hari merasa lima menit bahagia sudah menjadi awal mula untuk menjalani pembebasan.
Saya mencoba untuk memulai pembebasan dari rasa cemas dan khawatir dengan menjalani selangkah demi selangkah. Berusaha percaya pada diri sendiri dan berhenti jika merasa lelah. Berusaha untuk menurunkan ekspektasi dan istirahat jika membutuhkannya. Menutup mata dan telinga atas perkataan atau tindakan orang lain yang mungkin membuat saya tidak nyaman. Mencoba untuk beradaptasi atas ketidaknyamanan tersebut tanpa perlu memaksakan orang harus sesuai kemauan saya.
Mulailah kita melihat sekitar dan merasakan hal-hal yang memberikan bahagia ❤
rame juga yang ngomongin drama ini, aku sendiri belum nonton mbak devina. kalau ceritanya tentang kantor - rumah, kayaknya udah pasti relate sama kehidupan aku
ReplyDeleteaku pernah mengalami hal yg sama kayak mba devina, pernah ga suka sama seseorang, pengen aku tegur, tapi aku tahan-tahan. Dibilang akunya yang keterlaluan, bisa jadi, tapi memang waktu itu bisa dibilang aku ga suka sama tindakannya. aneh aja sama diriku sendiri :D
Mbaa nonton ini baguuss. Awalnya mungkin terasa bosan karena alurnya lambat tapi lama-lama makin seru. Relate banget sama kehidupan kita.
DeleteSama mbaa, aku pun merasa aneh cuma memang kok ga nyaman yaa sama sikap dan tindakannya. Kaya ga cocok aja gitu sama aku. Jadi belajar untuk lebih objektif ajaa sih dan yaudaa cukup tahu kalau memang ada orang yang seperti itu 😊
Ciii, benar banget deh, semakin bertambah usia, rasanya sering jenuh sama aktivitas harian 😂 rasanya kepengin setiap sebulan 1x liburan kemana gitu, tapi nggak memungkinkan untuk begitu 😂 ternyata memang fase hidup manusia seperti ini ya hahaha.
ReplyDeleteNahhh, itu dia yang bikin aku awalnya nggak tertarik untuk nonton drama ini karena dari poster dan trailernya kok hawanya kayak membosankan 😂. Tapi, karena banyak yang rekomendasiin drama ini (termasuk Cici 😝) aku mau coba nonton nantiiii, menunggu mood menonton muncul dulu wk
Memang kita lagi memasuki fase ini kayanyaaa li. Karena rutinitas cenderung berulang terus.
DeletePoster sama dramanyaaa bedaa deh li. Emang liat posternya ngebosenin, dramanyaaa baguuuss. Mr Gu cakeeep lii siap siap hati kudu di jagaaa. Sampai sekarang aja aku masih kesemsem sama doi 😍
Bosan dan jenuh memang solusinya cuma satu, yaitu piknik hahaha
ReplyDeleteHhaa iyaa kak, refreshing yaa apalagi liat daerah yg Hijau dan sejuk, langsung hilang itu bosan dan jenuh 🤣
DeleteAku masukin ke list to be watched ku deh 😄. Kayakny menarik. Drakor yg sering relate Ama kehidupan sehari2 gini aku selalu suka. Reply 1988, hospital playlist, dan mungkin liberation notes juga, nonton yg tipe ini kayak jadi santai aja bawaan. Ga banyak mikir. Biasanya aku nonton serial tema ini, sehabis nonton tema thriller. Biar pikiran tenang lagi 🤣
ReplyDeleteEh aku juga pernah ngalamin yg begitu mba Dev. Pas msh kerja. Tapi lebih ke perusahaan sih, bukan pribadi yaaa. Jadi sejak perusahaan mengganti prinsip kerjanya, dan sesuka hati mengubah job desk staff, aku langsung uring2an tiap pagi. Kalo dulu semangat tiap berangkat kerja, ini jadi bad mood parah. Krn aku ga ngerasa sesuai dengan job desk seperti itu. Bukan skill ku. Dan aku jadi kerja setengah hati. Bawaan marah malah nular ke anak2. Akhirnya setelah dipikirin mateng2, aku putusin resign. Drpd kepalaku makin mumet, hubungan Ama keluarga ancur, ya mending penyebab dr itu semua aku tinggalin. Hasilnya, aku happy sekarang. Bisa menghasilkan uang dari rumah, rasanya malah lebih asik drpd kerja kantoran 😂
Mbaaa harus nonton baguuuss inii. Awalnya aku juga bosen karena berasa "berat" dan lambat, lama-lama menikmati. Aku bahkan ngulang beberapa episode yang menurut aku oke banget, sambil resapi dialog nya jadi manggut manggut sendiri. Berasa relate dan sekalian kaya refleksi diri.
DeleteSyukurlah kalau mbaa uda bisa keluar dari kondisi ituu. Memang sihh kalo uda ngaruh ke mood sih parah dehh jadi serba salah mau ngelakuin apapun. Happy happy selalu yaa mba 😁