Setelah melihat keindahan Hallstatt, kami menuju Swiss. Sebelumnya kami mengunjungi kota terkecil di dunia, yaitu Vaduz. Vaduz adalah ibukota Liechtenstein. Karena kami tiba disana pas hari minggu, semua toko-toko pada tutup. Jadi kota tersebut sangaaat sepiiii. Benar-benar sepi bahkan jarang lihat orang lalu lalang. Orang yang ada pun hanya turis-turis saja. Hanya menemukan toko souvenir yang buka dan beberapa resto. Toko-toko lainnya pada tutup. Ini menjadi tempat dengan durasi paling singkat yang kami kunjungi. Saking tidak ada yang bisa di lihat dan di datangi. Super kecil dan sepi sekali. Namun, sebagai kenang-kenangan sudah tiba di sana, kami pun meminta stempel negara untuk passport layaknya di imigrasi. Karena memang ini sudah memasuki negara yang berbeda. Stempel tersebut tidak diberikan secara gratis namun harus membayar. Jujur saya lupa nominalnya tapi karena kami masuk ke negara berbeda jadi memutuskan untuk membayar demi stempel tersebut.
Perjalanan di lanjutkan menuju Swiss. Karena Swiss diluar Uni Eropa, maka memiliki mata uangnya sendiri, yaitu Franc Swiss (CHF). Kursnya memang sedikit lebih mahal dari Euro. Sebetulnya di Swiss bisa menggunakan Euro ketika melakukan transaksi. Namun akan di kenakan kurs yang lebih mahal. Jadi ketika ke Swiss lebih baik membawa CHF. Swiss menjadi negara yang diincar tapi sayangnya kami tidak bisa mendapatkan apapun disana. Karena hari minggu, semua toko dan resto disana mayoritas tutup. Di Swiss kami mengunjungi kota Zurich. Sebetulnya saya lebih ingin ke kota-kota lainnya yang identik dengan pegunungan. Namun, trip tersebut tidak sesuai dengan jadwal ini. Jadi kami hanya berkunjung ke Zurich dan Mount Titlis. Next time mau khusus eksplor Swiss saja. Karena banyak tempat-tempat bagus yang perlu di kunjungi seperti Zermatt, Luzern, Bern, dll. Wajib juga naik kereta panoramiknya untuk menikmati pemandangan yang ada.
Waktu kami tiba di Zurich, sedang berlangsung acara Zurich Marathon. Sehingga banyak jalan yang ditutup dan akses kami untuk keliling semakin berkurang. Ditambah banyaknya toko-toko yang tutup bikin kami tidak bisa melakukan apapun disana. Hanya bisa berkunjung ke gereja disana dan melihat pemandangan yang ada. Benar-benar menjadi tujuan dari liburan ini tapi serasa tidak mendapatkan apapun. Beruntungnya bisa datang ke Hallstatt dan menikmati pemandangan yang ada. Jadi, di Swiss ini masih merasa kurang.
Wah, yang di kota terkecil lalu minta stempel itu saya agak dejavu. Kaya pernah mimpi atau nonton film action tapi lupa judulnya. Dia datang ke satu kota kecil, terus paspornya distempel.
ReplyDeleteBtw lihat kota sepi gitu hampir ga percaya karena ga pernah nemu kota sepi kaya gitu di Indonesia.
Halo kak 😄
DeleteOiyaa? ini saya malah baru tahu ketika kesana. Ternyata ada tempat lain yang seperti ini juga yaa.
Sepi banget kak, memang disana itu kotanya kecil ditambah pas hari libur. Jadi jarang lihat orang lalu lalang.
Aku makanya ngincer tripnya STH kalo dia buka deep eksplor swiss lagi Dev. Soalnya kalo negara gini bagusnya jgn ambil yg 11 hari 9 negara , yg ada itu mah numpang lewat kan. Aku pengen kalopun ikut travel, yg bener2 deep eksplor aja. Ga banyak memang travel yg begitu.
ReplyDeleteWaktu itu temenku sampe 2 Minggu eksplor swiss. Puas memang, tapi ntahlah kalo biayanya 🤣. Swiss serba mahal kan.
Kalo Swiss sih emang lebih baik khusus kesana ajaa, karena ituu banyaaakk bangeet yg bisa di eksplor. Betul mbaa cuma yaa ituu biayanyaa astaagaaa. Kemarin aja buat makan aja harganyaa jauh bgt di banding di Eropa. Mahalnyaa. Herannyaa orang2 tetap banyak yang kesana hhha.. Emang cakeep sihh negaranyaaa..
Delete