Terpaksa #Stayathome



Pandemi Covid 19 ini membuat tahun 2020 terlampau menyedihkan. Jujur, baru merasakan melewati hari demi hari dalam waspada dan nyaris bahaya. Makin banyaknya jumlah positif yang terinfeksi Covid 19, membuat harap-harap cemas. Tahun ini membuat pergerakan kita cenderung melambat. Adanya PSSB, WFH, PPJ, dan segala perbatasan serta protokol kesehatan lainnya. Semua membuat aktivitas berubah, nyaris seluruhnya. Tahun ini juga kita Terpaksa #Stayathome.

Terpaksa #Stayathome menimbulkan dua hal bagi saya, yaitu untung dan tidak untung. Sisi untungnya adalah saat saya harus melahirkan dalam kondisi prematur. Saya beruntung dan merasakan syukur, sebab efek pandemi membuat saya dan Baby E tidak boleh dijenguk. Kondisi tersebut membuat saya tidak perlu ketemu orang, bahkan meladeni pertanyaan-pertanyaan seperti "Kenapa lahiran prematur?", " Kenapa caesar, katanya sudah pembukaan?", atau "Kok masuk NICU baby-nya." Jujur pertanyaan-pertanyaan tersebut tetap di dapatkan melalui chat Whatsapp ataupun telefon. Namun, beruntungnya tidak perlu harus tatap muka bertemu orang-orang tersebut. 

Terlebih saat Baby E meninggal, jujur saat itu saya tidak mau bertemu banyak orang. Bahkan merasa bersyukur hanya berdua sama koko saja. Saat itu saya tidak mau pulang ke rumah orangtua. Sebab, merasa bahwa ada sisi bersalah dan mempertanyakan kenapa demikian. Kondisi Baby E yang di luar dugaan kami, bahkan tidak pernah saya bayangkan bahwa nama saya sudah tertulis di nisan anak kami.

Terpaksa #Stayathome juga membuat saya beruntung sebab memiliki waktu panjang untuk merasakan dan berdamai atas kedukaan yang ada. Momen tidak bertemunya banyak orang dan tidak bisa pergi kemana-mana, membuat saya diam di rumah. Merenung dan juga mencari tahu bagaimana saya bisa mengatasi itu semua. Momen introspeksi diri yang akhirnya perlahan bisa membuat saya tenang dan mulai beraktivitas seperti biasa.

Terpaksa #Stayathome juga membuat saya bisa me time. Pemulihan pasca operasi caesar, membuat saya tidak bisa beraktivitas terlalu berat. Alhasil saya bisa diam di rumah tanpa perlu meladeni orang yang berkunjung. Saya juga bisa belajar memasak, karena ini juga bagian dari terpaksa. Terpaksa belajar masak agar bisa memastikan makanan dalam kondisi bersih. Sebab awal-awal pandemi membuat saya takut jika harus membeli makanan di luar. Di tambah memang tempat makan dan mall ditutup selama beberapa bulan.

Terpaksa #Stayathome memang memberikan hal yang tidak untung, bukan saja untuk saya namun buat semuanya. Sebab, tahun ini membuat kita tidak bisa kemana-mana dan aktivitas cenderung dibatasi. Biasa kumpul di kantor, sekarang hanya melihat dari layar. Biasa main di sekolah, sekarang melihat dari layar. Biasa nongkrong di mall, sekarang diam di rumah saja. Semua perubahan itu nyata, namun membuat tidak nyaman. Tak terbayang bagaimana kita bisa bertahan dalam durasi lama. Namun, perlu kita hadapi dan lewati.

Melihat berita di televisi yang menginformasikan bahwa kasus positif terus bertambah. Belum ada tanda-tanda berkurang atau bahkan tidak sama sekali. Entah kapan itu bisa terjadi. Oleh sebab itu, kita perlu Terpaksa #Stayathome demi diri sendiri dan orang di sekitar. Pergi keluar rumah jika memang sungguh mendesak. Saya pun masih WFH dan WFO, sehingga tetap keluar rumah saat WFO. Namun, langsung pulang dan bersih-bersih diri. Ini semua demi menghindari hal-hal tidak diinginkan. Jujur, saya merasa takut kepada Orang Tanpa Gejala (OTG) karena lebih tidak kelihatan apakah dia potensi positif corona atau sebetulnya sehat. Maka dari itu kita perlu waspada. Tetaplah #Stayathome jika tidak ada kondisi mendesak harus pergi. Bantu diri sendiri untuk melawan rasa bosan dengan mensugesti bahwa ini demi kebaikan diri dan sesama. Mengurangi beban paramedis yang tentunya kewalahan akibat membludaknya kasus ini. 

Jika memang harus keluar, tetap ingat protokol kesehatan dan jagalah kesehatan sendiri. Karena saya merasakan melihat orang yang disayang harus menggunakan ventilator untuk bertahan hidup. Ya.. Baby E selama hidupnya menggunakan ventilaor dan buat saya itu sungguh menyakitkan. Melihat anak sendiri untuk bertahan hidup dengan bernafas perlu alat yang membantunya. Padahal kita lainnya bisa bernafas dengan normal dan nyaman. Baby E sudah nyaman disana karena tidak perlu menggunakan ventilator. Kalau kata orang, jika sudah meninggal maka diangkat segala rasa sakitnya. Apakah kita harus melihat orang tersayang meninggal dulu agar ia di angkat rasa sakitnya? atau Apakah kita harus meninggal dulu agar diangkat rasa sakitnya?

Saya sungguh menyadari bahwa sehat itu mahal. Ya.. saya mengalaminya ketika melihat anak sendiri. Saya tidak ingin teman-teman semua seperti saya, yaitu melihat orang tersayang menggunakan ventilator untuk bertahan hidup. Baby E menggunakan itu karena paru-parunya belum berkembang sempurna. Tidak terbayang jika orang-orang yang terinfeksi positif corona, mungkin bisa lebih menyakitkan.

Tidak apa jika saat ini kita Terpaksa #Stayathome agar perlahan keadaan menjadi normal kembali. Berdoa semoga semua segera usai.
Stay Safe and Stay Healthy!

Foto : Canva, edit by me


12 comments

  1. Di balik dari semua kejadian yang sudah terjadi, dengan stay at home ini malah memberikan ruang dan waktu untuk masa pemulihan yang lebih baik ya. Semoga sekarang udah feeling better ya, Devina. Stay strong yaa 🤗

    Soal OTG, jujur aku sempat takut aku salah satunya *mit amittt* tapi selama kita menjalankan protokol kesehatan, social distancing, jaga kesehatan, harusnya kita bisa keluar rumah tanpa rasa takut berlebih.

    Bener-bener deh si Corona ini. Meski nggak keliatan, bikin repot satu dunia, tapi sejujurnya pun banyak hal yang dipelajari selama setengah tahun ini gara-gara doa 😅 semoga pandemi ini cepat berlalu yaa. Dan kita semua tetap dalam keadaan sehat dan bahagia (:

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul banget Ci.. So far so good, merasa waktu pemulihan kemarin lebih efektif sih ketimbang harus bertemu banyak orang.

      Nah kan, masalahnya lebih tidak terlihat dibanding orang yang ada gejala. Ya memang di balik segala keribetan yang terjadi, setidaknya belajar hal baru khususnya adaptasi dan makin tahu bahwa sebetulnya diri ini mampu kok untuk coba hal baru :)

      Delete
  2. Semoga selalu diberi ketabahan ya mbak. Jadikan masa stay at home ini untuk merapikan perasaan. Bisa melakukan banyak me time seperti menulis di blog gini untuk berbagi dan melegakan perasaan😊

    Saya yang tinggal di desa aja, juga dibikin was-was sama corona. Masih belum berani pergi jauh-jauh. Kalaupun terpaksa pergi jauh, pulangnya langsung mandi juga.
    Nggak kebayang gimana kalau situasi ini nggak membaik sampai beberapa tahun ke depan. Semoga aja enggak ya mbak...
    Amin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak Astria.. (eh betul begitu bukan panggilannya? :D )

      Setuju, jadi sekarang aku bisa untuk mencoba hal baru, salah satunya yaa nge-blog ini hhhe..

      Duh amit amit mbak. Semoga cepat usai dan semua mau untuk saling kerja sama jaga diri serta kebersihan. Amin.

      Stay safe mbak :)

      Delete
  3. Hi mba Devina 😍

    Corona ini memang membuat kita jadi pusing bukan kepalang, yah. Tapi saya akui banyak hal positif yang bisa saya ambil garis besarnya dalam hidup saya saat melewati masa-masa Corona. Mungkin karena saya butuh survive dan salah satu cara untuk survive adalah dengan mengambil sudut pandang positif agar saya bisa keep going ~

    Dan saya kagum sama mba Devina yang dengan tegar bisa menghadapi segala macam cobaan di tengah badai Corona dan mampu menghadapinya dengan lapang dada 💕 semoga apapun cobaannya bisa membuat mba dan pasangan semakin solid dalam menjalani kehidupan. Dan semoga Corona bisa cepat enyahhh plus vaksinnya ditemukan. For now, it's okay untuk memaksakan diri stay at home, demi kebaikan bersama dan kesehatan kita 😍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Kak Eno,

      setuju kita perlu untuk mengambil dan berpikir yang positif. Ntar kalau terlalu stres malah muncul penyakit lain kak hhha..

      Amin.. makasih ya kak Eno. Perlahan keadaan memang belum sepenuhnya membaik, tapi yaa kita perlu adaptasi kan.

      Iyaa.. semua demi kebaikan diri sendiri dan sesama. Jadi yaa mari kita nikmati Stay at home saat ini :)

      Delete
  4. halo ci Devi..

    Di masa pandemi ini memang banyak cerita-cerita yang muncul ya ci. Pasti ada sisi baik dan buruknya. Balik lagi ke diri masing-masing, mau gimana menanggapinya. Yg jelas doa untuk segera berakhirnya pandemi ini jangan sampai terputus, dan kita semua selalu dalam lindunganNya :')

    Sehat selalu untuk Baby E dan keluarga :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa betul. Semoga segera usai ini semua dan kita bisa kembali seperti sebelumnya ya 🙏

      Delete
  5. Stay strong yah ci

    Sejujurnya saya kagum karena ci Devina bisa memaknai situasi yang sekarang ini. Berat memang, tapi manusia itu kuat. Keep positive!

    ReplyDelete
  6. 2020 tahun yang berat. Terlalu banyak dukacita dan kesedihan di tahun ini :(. Agustus bagiku pribadi, bulan yang terlalu sedih untuk diingat mba. Harus kehilangan mama ku tgl 11 kemarin , Krn virus Corona ini. Mama ga serumah Ama kami semua. Tapi rumah kami cukup Deket. Dr Maret, aku dan suami ga berani masuk ke rumah mama saking takutnya menjadi Carrier untuk mama. Krn kami sadar mama udah tua. Tapi pas new normal diberlakukan, pak suami dan abang ipar yg msh kerja , sesekali masuk k rumah mama tapi tetep jaga jarak, dan pakai masker saat bertemu mama. Mama ga prnh kluar, slalu #stayathome. Even makannya aja dr Maret itu catering sehat yang dipesen Ama Kaka iparku. Ga ngerti lagi darimana virus itu bisa masuk.ntah dari suamiku ato Abang ipar yg menjadi Carrier

    Sedihnya mungkin Krn kami samasekali ga bisa melihat mama. Apa mama di bawa k RS, dimasukin isolasi room, kami semua hanya dikasih tau melalui telp oleh petugas. Krn semua dilarng datang.yg nyesek pas diksh tau mama sesak, dan ventilator sudah ga ada. Itu langsung bikin gagal jantung dan besoknya mama meninggal. Ngebayangin mama sesak aja bikin kami ga kuat sbnrnya. Setelah meninggal, sesuai prosedur covid, ga ada 1 kluarga yg dizinkan DTG, semua diurus RS sampai penguburan di tempat khusus jenazah covid. Aku ga pernah ngebayangin hrs kehilangan mama dengan kondisi tidak bisa melihat samasekali , even sampai penguburannya :(

    Bikin makin sedih apa baca di FB beberapa temen msh ada yg menganggab wabah ini hanya konspirasi. Ntahlah, apa harus keluargany merasakan yg sama dulu dengan yg aku rasain, baru dia stop bilang pandemi ini konspirasi?

    Kadang aku juga merasa sedikiiit bersyukur Krn ada pandemi dan semua org hrs stayathome. sama kayak mba, aku ga harus ketemu orang2 dan menjawab kenapa mama meninggal, apa mama kluar trus sampe bisa kena, kalian udah dites juga ga, dan pertanyaan lain yg kdg terlalu kepo dan ga sensitif. Kalo pertanyaanny dr wa, bisa aku Ignore .

    Stay safe, stay healthy mba Devina :). Aku yakin pandemi ini pasti berlalu. Suamiku jg msh harus ke kantor, tapi setidaknya tetep patuhi semua protocol pandemi, supaya kita ga membawa virus ini pulang ke rumah dan mengenai orang2 yg lebih rentan.

    Sebagai seorang traveler rutin, aku jg stress Krn ga bisa traveling selama pandemi, tapi dipikir, ini masih bisa aku tahan, asalkan aku ga jd Carrier dan menyebarkan virus ke orang lain.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak Fanny dan keluarga, aku turut berduka cita ya :( Jujur, tidak menyangka Mbak mau berbagi mengenai kisah Alm. Mama dengan kondisi yang kurang nyaman. Aku bisa merasakan gimana rasanya mbak yang kehilangan orang dicintai. Aku yang sudah berbulan-bulan masih ada rasa berduka, cuma kita perlu melewatinya. Bersyukur sebab Tuhan masih memberikan waktu untuk kita jalani.

      Tetap jaga kesehatan untuk Mbak, Suami dan keluarga. Memang aku juga merasa tidak menyangka bahwa ada orang yang menganggap ini konspirasi. Jelas-jelas ini suatu wabah dan pandemi yang belum turun-turun kasusnya. Semoga orang-orang bisa sadar dan minimal bantu diri mereka untuk aman serta sehat.

      Sabar mbak, mungkin tahun ini menjadi tahun untuk mbak quality time penuh bersama keluarga. Next time baru bisa traveling lagi dengan nyaman dan aman.
      Stay safe dan stay healthy Mbak! :)

      Delete

Halo, salam kenal!

Terimakasih ya atas kesediaannya untuk membaca tulisan ini. Boleh ditinggalkan komennya agar kita bisa berkomunikasi satu sama lain :)

Sampai berjumpa di tulisan-tulisan berikutnya.