Before I Die





Momen ulang tahun membuat saya menyadari bahwa kematian bisa mendekat. Umur bertambah, otomatis membuat kita merasa perlu untuk produktif di dunia. Menunjukkan bahwa perlahan kita mulai mencapai batas usia yang berakhir meninggal. Eits.. sekarang ini usia tua tidak menjamin umur meninggal seseorang. Bahkan, masih muda juga bisa sudah meninggal.

Lantas, apa yang sudah dilakukan sebelum meninggal?

Hal ini berhasil membuat saya jadi merenung bahwa semesta punya keunikan yang menawarkan beragam hal indah untuk kita jalankan.Namun pertanyaannya, apakah kita bisa mengambil kesempatan itu dengan tepat? Karena terkadang saat sudah berlalu, kita baru sadar untuk ambil kesempatan yang ada. 

Dan Penyesalan - lah yang berakhir datang.

Saya menyadari bahwa semakin bertambahnya umur, maka semakin banyak hal yang perlu kita terima dan lakukan. Semakin banyak pengalaman yang kita rasa, baik pengalaman langsung ataupun pengalaman orang. Oleh sebab itu, perlu merenungi apa yang sudah dilakukan dan apa yang sudah kita dapatkan sebelumnya. Meski acapkali saya merasa terlalu keras terhadap diri sendiri. Sesederhana membandingkan diri saya dengan orang lain di luar sana. Lantas, menuntut diri saya harus seperti mereka. Bahkan memikirkan hal yang belum tentu kejadian, namun merasa bahwa itulah yang tepat dan tidak tepat, semua di tentukan oleh Tuhan.

Keadaan tidak menerima diri sendiri menghantui saya untuk membentuk diri menjadi orang lain, walau saya tahu apa yang saya lakukan bisa menyakiti mental. That's why, sebelum saya meninggal, saya mencoba untuk berdamai pada keadaan “toxic” dalam diri saya. Saya mencoba berdamai atas standar yang ada. Saya mencoba untuk kenal dan melakukan apapun sesuai batasan yang ada. Dan saya meminta maaf pada diri saya sendiri atas semua yang sudah saya lakukan.

Ditahun baru dengan usia yang semakin bertambah, perlu untuk kita coba perbaiki diri. Sesederhana bertanya kabar pada diri sendiri. Apa kabarnya? Sudahkah kamu bertanya dan tersenyum membalas bayanganmu di cermin? Menunjukkan bahwa kamu hebat. Kamu kuat. Meski tidak sama dengan mereka.

Before I Die, saya akan berterima kasih pada semesta atas semua hal yang diberikan pada saya. Atas segala macam kesulitan dan pengalaman bahagia yang ada. Atas dukungan dan bukti bahwa diri saya ini mampu melewatinya. Saya juga berterima kasih kepada diri saya, karena mampu bertahan menjalani kehidupan.

Before I Die. Thank You for Everything!


NB: Tulisan ini masuk dalam salah satu tulisan di Buku Thought (Buku Antologi dari karya penulis-penulis yang ikut serta dalam Paid Guest Post Creameno). Tulisan sudah di edit sesuai dengan yang tertera di buku.


Cover: Canva




21 comments

  1. Ketika mikir kematian memang kompleks. Sesuatu yang pasti, namun terkadang jadi lalai karena kita tidak tahu "jadwalnya".

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa mba, hanya bisa menunggu aja karena ga tau juga kapan saat itu tiba. Jadi yaa jalanin dulu aja hidup saat ini.

      Delete
  2. Kita juga sudah diberikan kekuatan hingga sekarang ini oleh Tuhan. Bahkan, kita masih diingatkan bahwa harus bersyukur sebelum meninggal nanti, dan ingatan tersebut adalah berkah😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, harus ingat untuk selalu bersyukur sekecil apapun berkah yang kita dapatkan ya.

      Delete
  3. Oh ini tulisan mbak Devina waktu ikut paid guest post mbak Eno ya. Bagus mbak.

    Memang, kadang aku juga berkata, apa yang sudah aku lakukan ya, umur makin bertambah, kematian juga dekat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyes mas, ini tulisan yang aku kirim hhhee..
      Nahh setuju, kadang ngerasa kayanya belum ngapa-ngapain deeh..

      Delete
  4. Ci, tulisannya singkat tapi deep sekali! Jadi membuat aku ikutan merenung juga >.<

    ReplyDelete
  5. Sejak ultah tahun lalu, doaku juga ingin selalu bisa menikmati momen yang ada dan mencoba untuk menjadi diri sendiri yang lebih baik. Sama kayak kamu, aku pun sering menyimpan hal-hal toxic dalam hati, yang mana semakin terpendam semakin mengeluarkan 'bau' yang nggak sedap ): terus lupa bahwa yang jauh lebih penting adalah memaafkan diri sendiri hiks

    Tulisannya singkat dan sederhana, namun ngena banget di hati. Thank you udah berbagi yaa, Devina (:

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku juga lagi proses untuk memaafkan diri sendiri nih ci.. Agak susah di lakukan yaaa.

      Makasih yaa ci sudah mau baca 😊

      Delete
  6. Berdamai dengan diri sendiri itu emang penting banget ya :")
    Aku juga terkadang masih struggling sama toxic traits yang aku punya. Kadang aku juga ngerasa kalau traits yang aku punya toxic tapi ngga kerasa aja.. dan benar dengan bertanya kabar ke diri sendiri aku juga jadi bisa re-check kehidupan aku ini.

    Terima kasih atas tulisan mbak Devina ini, membuatku yakin kalau setiap struggle dalam hidup ini ada pelajarannya <3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Emang penting cuma masih ada sulit dilakukan nih 😥 sama-sama berproses yaa untuk lebih baik.
      Sama-sama.. semoga bisa mencapai yang lebih baik lagi yaaa..

      Delete
  7. Karena tulisan mba ini, saya jadi lebih sering bicara sama cermin sambil bilang thank you hehehehe. Dulu mungkin hanya dilakukan kalau ingat, cuma sekarang jadi lebih rutin, especially saat malam sebelum tidur ketika baru selesai pakai skincare :D kadang diri kita memang butuh apresiasi, kalau bukan kita, terus mau berharap ke siapa <3

    Terima kasih untuk tulisannya, mba :>

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah Mba Eno makasih yaaa. Ga nyangka bisa memberikan pengaruh positif untuk orang lain hhhee.. Aku pun sekarang jadi sering senyum di cermin apalagi kalau abis melalui hari yang padat. Berasa bangga sama diri sendiri sudah melewati hari tersebut hhaa..

      Makasih juga Mba Eno atas kesempatan yang diberikan yaa 😊

      Delete
    2. betul kak eno, baca tulisan kak devina bikin kita jadi lebih aware untuk lebih say thanks to my self dan sapa diri sendiri, halo apa kabar yang disana? baik baik sajakah?

      big thanks buat kak eno udah "berkorban" mengumpulkan dan menerbitkan tulisan mahakarya para blogger.

      Delete
  8. Sejak umur 20 kemarin, saya memutuskan untuk tidak lagi merayakan hari ulangtahun diri sendiri. Ini semacam prinsip untuk tidak merayakan berkurangnya umur di dunia. Saya juga tidak lagi mengucapkan selamat ulangtahun kepada orang. Diluar dari itu, masih saya tolerir.

    Tulisannya kerek kak Devina. Saya beruntung bisa baca versi originalnya dari blog kak Devina langsung 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Keputusan yang cukup unik mas, sebab jarang aku menemukan orang seperti Mas Rahul yang berani ambil keputusan itu. Makasih sudah berbagi mas, semoga satu hari di tiap tahunnya sebagai hari ulang tahun mas, bisa tetap dirasakan dengan penuh syukur yaaa..

      Sama-sama juga ya mas, makasih sudah mau membaca 😊

      Delete
  9. aku jadi tertampar bacanya,, aku rasa selama ini aku belum pernah coba memandangi diri di cermin sambil berpikir "thx god untuk kehidupan selama ini, kelebihan kelebihan yang aku punya bla bla bla"
    mungkin rasa bersyukur yang aku panjatkan ya hanya melalui doa ketika sholat, kadangkala ketika menerima berita baik atau rejeki atau ketika melihat bahwa aku masih diberi keberuntungan yang "tidak sama" dengan mereka yang untuk mendapatkan suatu hal masih harus harus banget bersusaha payah melebihi caraku

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mba Ainun coba deh habis mandi terus senyum pandangi diri di cermin. Yaa senyum aja gitu tanpa harus bilang apa-apa. Menyenangkan kok mba, bisa memberikan senyuman untuk diri sendiri hhhee..

      Aku pun juga biasanya hanya lewat doa, bahkan kadang bisa lupa untuk sebut dalam doa. Cuma kalau lagi liat cermin dan melihat bahwa diri ini baik-baik aja, ada rasa bangga juga. Padahal sering maksa diri harus begini dan begitu, cuma diri sendiri tetap teguh berdiri.

      Semoga Mba Ainun bisa merasa lebih baik yaa 😊

      Delete
  10. Yap setuju banget mba, kalau lagi ulang tahun saya bukannya senang malah agak sedih karena menyadari bahwa secara angka memang umur bertambah, akan tetapi jatah untuk tinggal di dunia ini mulai berkurang.

    Sampai detik ini saya merasa belum menjadi yang terbaik dalam hidup. Merasa masih banyak kekurangan dalam menjalani hidup dan itulah.

    Sebelum saya meninggal, saya ingin berusaha menjadi yang lebih baik dan lebih baik lagi. Semoga dapat terlaksana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju Mas, aku juga merasa gitu. Kaya masih begini-begini aja dan belum ada perubahan apa-apa.

      Amin, semoga bisa terlaksana ya Mas 😊

      Delete

Halo, salam kenal!

Terimakasih ya atas kesediaannya untuk membaca tulisan ini. Boleh ditinggalkan komennya agar kita bisa berkomunikasi satu sama lain :)

Sampai berjumpa di tulisan-tulisan berikutnya.