Melawan Menjadi "Cantik"

 

Cantik alami


Apa definisi cantik menurutmu? Langsing, tinggi, putih, rambut panjang? Saya merasa itu terlalu umum, hingga membuat diri ini melawan menjadi "cantik". Ketika definisi cantik adalah seperti yang sudah disebutkan, maka saya akan mundur perlahan. Saya ingin melawan menjadi "Cantik" seperti definisi di masyarakat. Betapa diri ini selama 27 tahun terkotak oleh definisi cantik yang harus sempurna. Meskipun mulai banyak yang menyuarakan bahwa cantik itu bukan sekedar langsing, tinggi, putih, dan berambut panjang. Namun, sudah terdoktrin bahwa cantik adalah sesuai definisi yang  terlanjur beredar. 

Saya ingat dari film Imperfect karya Ernest Prakasa dan Meira Anastasia, betapa mereka menyuarakan bahwa cantik buka hanya sesuai definisi di masyarakat. Bahkan salah satu dialog dalam film tersebut membuka mata saya bahwa memang dunia sekitar "menjual" definisi cantik seperti yang kita kenal. Film Imperfect membuat saya sadar bahwa produk yang beredar di pasaran memang menjual cantik melalui "kemasan". Contohnya adalah lotion yang bisa mencerahkan kulit, krim muka untuk glowing, shampoo agar rambut berkilau, bahkan adanya terobosan dalam teknologi yang bisa membuat kerutan di muka menjadi hilang. Ketika keluar produk tersebut, tentu membuat kita sadar bahwa cantik adalah seperti claim dari perusahaan. Mereka memberikan claim mengenai produk yang di jual agar memberikan kita rasa cantik.

Selama ini saya kemakan iklan dari produk-produk yang ada. Jika cantik harus langsing, tentu saya tidak termasuk. Jika cantik harus tinggi, saya juga tidak termasuk. Jika cantik harus memiliki rambut panjang, saya tetap tidak termasuk. Hanya kulit putih yang termasuk karena memang sejak lahir bersyukur memiliki gen tersebut. Kata orang kulit saya cenderung berwarna kuning langsat. Apa saya masih melakukan body shaming terhadap diri sendiri? Jawabannya adalah iya! Saya berusaha melawan sikap tersebut karena semata-mata tidak ingin menjelekkan diri sendiri. Bukan kali pertama juga saya membahas mengenai body shaming, namun sampai saat ini saya belum bisa lepas dari kondisi tersebut. Saya sadar bahwa melawan pengertian yang sudah melekat di dalam diri tentu bukanlah hal mudah. Betapa sejak lahir, kita pun secara tidak sadar sudah memberikan label mengenai cantik dan ganteng.

Sejak kecil saya memang kata orang memiliki tulang besar. Jadi, kalaupun saya kurus, cenderung badan saya tidak bisa super kecil nan langsing. Karena tulang saya memang pada dasarnya sudah besar. Tubuh saya cenderung lebih besar di bagian lengan. Jika perut, paha, dan betis bisa lebih kecil, maka lengan saya biasanya sulit untuk mengecil. Otomatis bagian lengan menjadi perhatian saya, sebab ketika memakai baju biasanya akan terasa sempit. Saat membeli ukuran baju yang lebih besar, bagian tangan akan lega namun untuk perut dan pinggang biasanya kegedean. Jadi akan serba salah dalam memilih bentuk dan ukuran pakaian.

Saat saya menikah, tubuh saya cenderung mengecil. Bahkan saya bisa menggunakan baju ukuran XS dan S. Biasanya ukuran M atau L. Mulai dari lengan, perut, paha, bahkan betis saya cenderung mengecil. Karena saat itu memang saya olahraga dan melakukan diet. Karena saat itu akan menikah, jadi ingin tampil cantik dengan badan lebih langsing. Namun, pola diet dilakuakn dengan tidak tepat. Memang berat bisa stabil di angka 53 atau 54 kg. Hanya saja saya benar-benar nyaris tidak makan. Nasi putih memang di ganti dengan nasi merah. Mengurangi makanan dan minuman manis. Skip untuk sarapan. Makan malam juga cenderung pemilih bahkan pernah sampai minum teh detox. Memang berat menjadi turun apalagi di tambah olahraga. Saat itu pun saya masih merasa gemuk. Bahkan bisa tiap hari nimbang berat badan. Ketika naik beberapa ons, buat saya merasa kesal. Akhirnya mengurangi makan atau mengganti makanan yang tidak membuat berat badan kembali naik.

Ya... naik beberapa ons. Padahal itu terkesan sepele, namun buat saya sungguh menyiksa. Saat ini berat saya stuck di angka 58 - 59 kg. Ketika hamil Alm. Baby E, kenaikan berat badan kurang lebih 15 kg. Jadi, berat saya waktu itu mencapai 68 - 69 kg. Lumayan sudah turun sekitar 10 kg dan masih stuck 5 kg-an lagi. Tentu secara angka berat badan, saat ini lebih besar dibanding ketika baru menikah. Otomatis bagian tubuh juga menjadi lebih besar seperti pipi, lengan, perut, paha, dan betis. Saya mulai mencoba untuk menurunkan berat badan, minimal mencapai 55 kg. Mulai dari mengurangi nasi putih, detox dengan jus sayur dan buah, mengurangi makanan dan minuman manis, sampai olahraga jalan pagi. Betul sempat berhasil menyentuk angka berat badan 57 kg. Namun karena tidak konsisten dan cenderung asal-asalan, akhirnya berat badan menjadi yoyo. Saat ini kembali di angka 58 atau 59 kg. 

Permasalahan yang saya hadapi adalah keinginan untuk menjadi cantik dengan cara kurus. Padahal suami tidak mempermasalah kondisi tubuh serta berat badan saya. Sudah kesekian kalinya saya bertanya apakah dia malu punya istri yang gemuk? Apakah perut saya buncit? Apakah saya jelek? Akhirnya dia sampai tahap mulai kesel karena saya tanya mulu. Ketika saya tanya, dia mulai males menjawab. Lama-lama saya sungguh annoying 😂 Akhirnya suami cuma jawab, "Emang selama ini aku keliatan malu punya istri kaya kamu?" DEG... Selama ini dia malah tidak pernah menunjukkan rasa malu ketika pergi atau berfoto dengan saya. Malah terkadang saya nunjukin rasa malu melihat perut dia yang buncit. Oh... Tidak... sungguh saya tidak bersyukur.

Menjelang akhir tahun 2020, melalui tulisan ini saya ingin menekankan kepada diri sendiri bahwa menjadi cantik bukan harus sesuai definisi di masyarakat. Keinginan untuk melawan menjadi "Cantik" sesuai definisi yang sudah terdoktrin selama ini. Memang jika terlalu gemuk juga tidak bagus karena bisa menimbulkan berbagai penyakit. Namun menjadi kurus dengan cara yang tidak tepat, tentu akan lebih bahaya. Sebab definisi cantik itu sungguh luas. Bagi beberapa orang saya termasuk cantik karena katanya suka senyum. Apalagi saya punya lesung di kedua pipi, katanya menambah tingkat kecantikan. Bersyukur mendapat gen turunan dari mama, yaitu lesung di kedua pipi. Bahkan beberapa orang yang pernah ketemu saya, merasa iri dan ingin punya lesung pipi juga. Sayangnya itu tidak bisa di bagi ke orang lain 🤣 Ternyata menjadi cantik bukan persoalan fisik saja. Ada yang bilang cantik itu dari hati. Cantik itu dari perilaku. Cantik itu dari sikap. Semoga bisa memberikan aura positif kepada kalian yang membaca tulisan ini. Cantik tidak harus putih, langsing, rambut panjang, dan tinggi. Berlaku juga untuk para pria bahwa ganteng tidak harus perut kotak-kotak, lengan berotot, dan tinggi.

Menurut kalian, apa itu cantik? 😊


Cover: Canva

Devina Genesia

 



20 comments

  1. Cantik itu, ketika saya bahagia, tidur cukup :D
    Soalnya kalau banyak pikiran mata saya kuyu dan bengkak hahaha.

    Nggak ding, cantik itu menerima menurut saya.
    Menerima kalau sekarang saya tuh sekseh (padahal mau bilang bahenol hahahaha.

    Menerima kalau mata saya seringnya terlihat bengkak, hiks ini mah selain kurang tidur juga keturunan juga.

    Cantik itu, ketika kita merasa sangat cantik, no matter what :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa bener mba, tidur cukup bikin cantik dan mood oke juga yaa hhha..

      Iyess.. ketika merasa cantik, tanpa peduli omongan orang yang bilang kita ga cantik. PD aja yaa mba sama diri sendiri hhhee..

      Delete
  2. Patokan cantik dari dulu sama yaaah, putih, tinggi, langsing, rambut panjang lurus berkilau 😂 hehe. Padahal Indonesia sendiri kecantikannya beragam dan nggak bisa dikotak-kotakan 😆

    Kalau buat saya, cantik bisa terlihat dari sikap dan senyumnya (entah kenapa, wanita kalau senyum, cantiknya bertambah banyak -- penilaian pribadi cencunya) 😍 Serta punya rasa percaya diri dan intelektual. Nggak semata-mata fisik saja. Semisal fisik oke tapi jarang senyum, rasanya jadi terlihat jutek bukannya cantik, mba hehehe 🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beneeer Mba, apalagi kita banyak suku yang beragam dan semua punya kecantikan masing-masing. Cantik dari hati juga tidak kalah penting yaa Mba hhhe. Ah iyaa, senyum itu emang bisa mengubah penampilan seseorang.

      Delete
  3. Whohahahahahahahahahaha... #ngakak lebar bin senang sayah..Sampaikan salam #tossss sama suamimu yah Dev...Dukuuuuuuuuuuuunnggg jawabannya... Saya punya teman.

    Jawabannya kurang lebih sama dengan jawaban saya ke si Yayang...

    Kadang saya nggak ngerti kenapa cewek begitu pusing soal urusan berat badan. Istri saya juga berulangkali ribuuttt banget urusan badan, padahal, saya sendiri nggak komplen ga ngeluh, dan kemana-mana ya tetep bawa si Yayang dan ga kepikir ada rasa malu karena gemuk atau apapun.

    Kenapa kok ya ribut banget...?

    Sering kadang saya lagi nyetir, terus dia nanya, "Mas, gemukan mana cewek yang itu sama saya?" Beteee..... Untung sekarang dah nemu jawabannya, " gemukan kamu, 3 kali lipat".. wakakakak sekalian..

    Saya pikir cowok setelah menikah juga berubah Dev, kita mungkin saat single masih ngelirik yang berbody bagus, cuma setelah menikah, hal yang seperti itu sepertinya nggak terlalu penting lagi.

    Rasa nyaman dan tenang sepertinya lebih menjadi prioritas.. Makanya sebenernya ga peduli juga mau istriku mau nambah berat badan atau nggak.. hahahaha.. yang penting dia ada bersama saya...

    Cuma ya itu, kadang cewek ga menyadari kalau suaminya berubah dan masih saja gampang dijadikan sasaran indoktrinasi iklan kecantikan.

    Hadeuuuhhh...

    Makanya... #Sukaaaa dengan jawaban suaminya Dev...Tolong sampaikan Tosss saya yah buat dia.... Punya temeeennnnnnnnnnn...hahahaha

    Jawaban yang top bgt dah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam Tos sudah disampaikan Mas hhaa. Makasih yaa Mas Anton.

      Ternyata emang kami ini para wanita yang lebih ribet urusan penampilan. Kalian para pria cenderung ga mempermasalahkan apapun. Aku sendiri ngerasa kurang ini dan itu, padahal itu semua karena pikiran diri sendiri aja.

      Setuju mas, rasa nyaman dan tenang. Jadi fokusnya bukan penampilan lagi tapi attachment satu sama lain yaaa. Mungkin karena aku dan istri Mas Anton terlalu kemakan iklan produk kecantikan nih, jadi pikirannya cuma seputar penampilan fisik saja 😂

      Delete
  4. Aku termasuk korban marketing juga, Ci :(
    Terutama bagian kulit putih sebab waktu aku sekolah, kulitku gosong karena nggak dijaga. Terus karena kemakan iklan, jadi terus menerus beli produk yang ada efek whiteningnya dan terbawa hingga sekarang :(
    Even udah nggak segosong dulu, aku masih ngerasa kurang dan kurang. Akhirnya aku lelah juga punya pemikiran seperti itu. Jadi sekarang aku ubah pemikiranku, aku memakai produk A karena untuk perawatan tubuhku, bukan semata-mata ingin putih. Karena takut juga, lama-lama jadi terlalu terobsesi dengan definisi "cantik" yang berlaku di masyarakat.

    Cantik menurutku itu, yang enak dipandang + attitudenya baik hahaha. Kadang kalau lihat perempuan yang seperti itu, aku bisa jadi bucin sama orang tsb 🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa.. kalau uda keterusan kadang masih ada rasa kurang. Padahal menurut orang sudah putih, tapi karena ada produk beda jadi merasa kurang putih dan mau coba produk tersebut 🤦‍♀️

      Iyaa.. attitude juga memegang peranan penting, bukan sekedar fisik saja yaaa.. Waduuhh... Lia bisa sampai jadi bucin sama ybs hhaa. Segitu ngefans nya kah? 🙈

      Delete
  5. Omggg kamu punya dimples, Dev?? Astagaaa itu manis sekaliii. Aku tuh suka kesengsem sendiri lihat orang, baik itu cewek maupun cowok yang punya dimples 😝

    Btw, suami kamu sama suami aku sama persissss tiap kali direcokin istrinya soal penampilan fisik 🙈 malah suamiku lebih pedes kadang-kadang, katanya kalau emang ngerasa buncit yaudah diet, jangan ngeluh doang 🤣

    Terkadang aku masih suka insecure dengan penampilanku sendiri. Tapi makin ke sini aku belajar untuk build my own confidence. Kalau diri ngerasa cantik, harusnya nggak akan termakan oleh penilaian orang lain. Apalagi definisi "cantik" buatku bukan soal fisik aja. Kadang aku ngerasa lagi mengerjakan sesuatu yang kusuka bisa mendadak merasa cantik hihi 😝

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa ci, turunan dari mama. Aku dan adikku juga punya, jadi kami bertiga sama mama punya semua. Untungnya sama semua juga di kiri dan kanan hhhee.. Nah, cowo itu termasuk jarang yang punya dimples dan kalau ada tuh emang cakep banget 😍

      Hhhaa.. sepertinya para pria akan eneg banget denger komentar kita yang itu-itu aja. Iyaa.. insecure itu aga sulit di hilangkan. Padahal ya emang dasar pikiran kita aja yang bandel. Setuju sama Ci Jane, bukan perkara fisik semata. Emang bisa sesederhana melakukan yang kita sukai yaa hhhe..

      Delete
  6. Saya juga melawan menjadi ganteng dari apa yang ada di masyarakat.. Mau ganteng atau jelek saya sih tidak terlalu peduli, yang penting mah biasa-biasa aja kayak gini dan bersyukur bisa dapat wajah atau tubuh yang seperti ini (apa adanya). Yang penting mandi tetep rajin, wangi, dan bisa bikin nyaman aja udah cukup banget hha. Nanti juga kalo udah dibikin nyaman eh deket juga, hiyaaaaaa...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa setuju Mas Andrie. Terpenting tetap jaga kebersihan diri, langsung jadi ganteng deh hhaa.. Ups.. nyaman itu emang berbahaya yaa, hati-hati terjerumus dalam kenyamanan 🙈

      Delete
  7. Halo kak Devina

    ternyata berat kita hampir sama lho pas hamil. bahkan aku sempat stuck di angka 60 setelah melahirkan. baru sekarang-sekarang inilah turun drastis, jadi diangka 51 kilo, efek diet corona, wkwk..

    kalo aku sih resep dietnya, makan tetep 3x sehari, sarapan, lunch, dan makan sore sebelum jam 6. abis gitu malemnya minum air putih atau tidur cepat, haha..

    suami juga sebenernya nggak masalah sama badan istrinya ini gemuk atau kurus, syukurnya sih gitu ya, hihi..

    apapun itu, cantik itu tetap sehat ya kak :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah aku masih nyangkut beberapa kg. Mau diet tapi masih yoyo gitu, kayanya emang harus niat banget sih 😂

      Iyaa bener Mba, tetap sehat itu yg terpenting 😁

      Delete
  8. Aku juga korban marketing hahahaha

    Tapi kok guilty pleasure ya? Apakah ini aneh?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku pun juga begitu kaak. Ga aneh sih dan menurut aku wajar. Karna kadang tanpa sadar kita ngelakuin itu akibat terbawa sekitar. Jadi pas uda di lakuin baru bisa nyesel nantinyaaa..

      Delete
  9. Ada bagian yg bikin aku tertampar nih, 'kadang malah aku yang suka malu melihat perutnya yg buncit'

    Aku juga begituuuu :(.

    Padahal suami jg ga masalahin mau seperti apa aku skr. Memang timbangan jd naik sejak pandemi. Tp pak suami slalu bilang, yg ptg sehat dan itu sbnrnya kan msh berat normal. Blm overweight. Akunya aja yg ttp punya mindset makin ceking making bagus -_-

    Dulu aku sempet mba malu Krn kulit gelap. Apalagi dibanding Ama temen2 yg putih. Dan masalahnya dulu bbrp temen ada yg sampe becandain kulitku yg gelap ini. Buat mereka cm candaan, tp aku dengernya sakit ati :(. Makanya sempet tuh rutin pake skincare whitening demi kulit putih. Untungnya skr ini aku ga punya pemikiran gitu lagi :). Umur udah segini, mending fokus Ama ngumpulin pahala :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa kak, aku jadi merasa bersalah. Padahal dia nerima aja kondisi tubuhku, aku malah suka komen tentang tubuh dia.

      Syukurlah kalo sekarang Kak Fanny uda ga berpikiran kaya gitu. Ga selamanya punya kulit putih ituu tandanya oke. Denger komen orang emang ga pernah ada abisnya yaa 😂

      Setuju, lebih baik isi dengan kegiatan dan pikiran yg positif yaa 😁

      Delete
  10. cantik itu ketika bisa bahagia dengan diri sendiri, menerima diri apa adanya, bisa mengembangkan kemampuan diri atau talenta di depan orang banyak kalau perlu hehehe
    mind set kalau cantik identik dengan putih, rambut panjang, body oke udah ga bisa diilangkan dari pikiran sebagian besar orang. apalagi kalau cowok yang ditanyai beginian

    kalau membandingkan sama orang lain yang ada malah stress sendiri nantinya, biarin aja dia yang putih, lebih tinggi, kita pede dengan versi cantik kita sendiri. melangkahkan kaki dengan hepi, tunjukkan aura cantik versi diri sendiri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju banget sama pendapat Mba Ainun. Memang terpenting adalah mengembangkan kemampuan diri dan menerima diri apa adanya.

      Betul.. ga akan ada habisnya dan bikin stres. Tentunya kalau udah stres yang rugi adalah diri sendiri kan. Makasih yaa mba sudah diingatkan untuk bahagia atas diri sendiri, tentunya jadi cantik setelah bahagia hhhe..

      Delete

Halo, salam kenal!

Terimakasih ya atas kesediaannya untuk membaca tulisan ini. Boleh ditinggalkan komennya agar kita bisa berkomunikasi satu sama lain :)

Sampai berjumpa di tulisan-tulisan berikutnya.