Kali Pertama

 

Kali Pertama - Devina Genesia

Tanggal 29 Juni 2022 menjadi kali pertama bagi saya untuk melihat dokumentasi meninggalnya Baby E. Setelah dua tahunan itu terjadi, saya baru berani untuk membuka folder berisi foto dan video pada saat itu. Saya pikir akan menangis ketika melihat itu semua. Nyatanya saya melihat dalam diam dan tanpa tangisan. Hanya ada perasaan aneh di hati. Ketika saya benar-benar melihat mukanya, saya sadar mulai ada rasa lupa dengan wajahnya. Sebetulnya merasa kata "lupa"  itu menjadi hal yang terlalu kelewatan. Cuma saya tidak bisa menemukan kata lain yang bisa menggambarkannya. Memang saya mulai lupa dengan wajahnya. Ternyata waktu dua tahun memang bisa mengubah banyak hal. 

Saya cukup lama memandangi wajahnya melalui foto. Berusaha untuk mencari kenangan kami di saat-saat itu. Saya berusaha untuk terus mengingat-ingat momen kebersamaan kami di rumah sakit. Berusaha untuk mengingat bagaimana rasanya ketika memegang tangan dan kakinya. Semua perasaan dan bayangan itu memudar. Memang benar kata orang, duka akan hilang seiringnya waktu. Sebetulnya bukan hilang, cuma saya merasa lebih bisa mengontrol perasaaan. Jadinya cenderung bisa menerima bahwa itu pernah saya alami dan tetap akan membekas seumur hidup.

Ketika orang-orang menanyakan apakah saya sudah hamil lagi atau sudah program hamil, rata-rata mengatakan saya harus move on. Kalimat itu muncul ketika saya menjawab belum hamil atau belum ikut program hamil. Saya merasa semakin malas untuk meladeni omongan orang. Bahkan ketika tahu mereka menanyakan kenapa tidak program hamil, dll, saya semakin malas untuk mencobanya. Bahkan ketika saya tidak enak badan, dikaitkan dengan sedang "hamil." Nyatanya memang saya sedang sakit dan bukan karena hamil.

Menjelang usia ke-29 tahun, saya mencoba untuk mengatur pikiran dan perasaan. Mencoba untuk membiarkannya berlalu begitu saja dan menjalani kesempatan yang ada saat ini. Saya belajar untuk memaknai tiap hari yang terlewati. Bersyukur atas hal-hal baru dalam hidup saya yang mungkin tidak pernah di duga. Belajar untuk menjalani tanpa berpikir atau membuat rencana A, B, dan C. Terkadang menjalani hidup begitu saja memberikan nuansa baru untuk saya.

Hidup tidak selalu berjalan sesuai kacamata orang lain. Hal ini yang mau saya tekankan untuk diri sendiri. Belajar untuk mencintai diri sendiri. Terkadang saya bisa untuk fokus dengan pemikiran ini, lantas bisa berubah menjadi overthinking lagi. Semua memang masih berproses. 




8 comments

  1. Ci Dev, selamat karena Cici udah berhasil melalui semuanya sampai hari ini 😍🤗. You did it! semoga Cici selalu diberi kekuatan dan sukacita ke depannya ❤️

    ReplyDelete
  2. Luka itu lama2 memang menutup dan sembuh :). Aku pernah ada di posisi itu Dev, awalnya juga bakal ngira sedih yg ga bakal hilang. Tapi ternyata memang ada waktunya, saat luka itu udah 100% sembuh dan tidak lagi bikin sedih. Palingan hanya memori yg ada, itupun kalo di aku, jujurnya seperti mengabur banget. Ntahlah apa aku berusaha ngelupain yg bikin sedih, atau mungkin Krn toh ga terlalu lama mengenal, ga terlalu banyak kenangan, jadi buatku lebih cepet utk melupakan yg bikin sedih

    Anyw, toh hidup memang harus move on kan 😊. Tapi aku setuju, jangan pernah terlalu baper Ama kata2 orang. Hidup itu kita yg jalanin. Mereka mau bilang apapun, yg ngerasain nantinya kita. Jadi kita yg tau kapan utk siap lagi punya anak atau lainnya.

    Btw, happy birthday yg ke 29 Dev. Telat banget memang 😁. Semoga di hari2 selanjutnya selalu dikaruniakan hidup bahagia, sehat bersama pasangan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa mbaa perlahan jadi mengabur gituuu. Iyaa masih berproses untuk fokus ke diri sendiri biar ga baper banget kalau dengerin omongan orang.

      Amin.. Makasihh Mbaa 🤗

      Delete
  3. selamat bertambah usia mbak, sehat-sehat sekeluarga juga
    memang butuh waktu dan proses yang lama untuk "mengobati" diri sendiri yang luka ya.
    sama kayak putus cinta, mungkin kalau awal-awal bakalan nangis aja bawaannya, tapi lama-lama bisa menerima keadaan. Dan pastinya tetep semangat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin. Makasihh Mba...

      Iyaa emang galaunyaa yaa di awal-awal, lama-lama jadi bisa nerima hhhee..

      Delete
  4. ahhh aku baca ini langsung ingat kenangan satu tahun yang lalu..
    langsung ingat satu kalimat yang dikasih tahu sama Papanya temen kalau "Waktu itu sebenarnya tidak menyembuhkan, tapi membuat semuanya menjadi lebih terbiasa..." 😚

    Semangattt terus Mba Dev... Sekali lagi selamat ulang tahunn...
    "Telllaaaaattt Bayy.." Gaplokk 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju mas, mungkin itu juga yang saya alami. Lama kelamaan jadi terbiasa dengan keadaannya.

      Makasihh Mas Bayuu atas ucapannyaaa 😁

      Delete

Halo, salam kenal!

Terimakasih ya atas kesediaannya untuk membaca tulisan ini. Boleh ditinggalkan komennya agar kita bisa berkomunikasi satu sama lain :)

Sampai berjumpa di tulisan-tulisan berikutnya.