Lima Tahun Usia Pernikahan

 



Tahun ini tepat lima tahun sudah saya menjalani hubungan dalam status pernikahan. Woohhh cepat sekali berlalu, serasa baru kemarin masih menyiapkan ini dan itu untuk pernikahan. Nyatanya sudah lima tahun kami lalui dengan beragam fase naik turunnya. Apakah selalu berjalan mulus? Oh tentu tidak donx hhha. Tapi saya ambil hikmah dari itu semua karena merupakan proses bagi kami untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Bisa dibilang lima tahun pertama usia pernikahan menjadi krusial untuk satu sama lain saling adaptasi dan kompromi. Itu benar terjadi di kami, karena setiap waktu menjadi fase untuk saling mengerti, memahami, dan memaklumi 🤣 Namanya komunikasi sepertinya menjadi tolak ukur pertama yang tentu harus terus di lakukan. Bisa di bilang kami berdua itu tidak inisiatif perihal kode-kodean. Kalau si Koko di kasih kode untuk sesuatu, bisa saja dia tidak langsung paham. Mungkin memang kami belum berbakat untuk saling telepati 😂 Makanya saya menghindari untuk kasih kode-kode ke Koko agar tidak salah paham. Selalu dibicarakan agar tidak ternyata kesalahan yang berujung pada berantem.

Lima tahun pernikahan ini sungguh cepat berlalu tapi banyak perubahan serta perkembangan yang kami lalui. Melewati fase tahun pertama pernikahan dengan saya menyelesaikan S2, jadi memang lebih fokus dengan pendidikan. Setelah itu saya mulai kembali mencari pekerjaan dan di tengah-tengah itu ternyata saya hamil anak pertama. Memasuki usia dua tahun pernikahan, anak kami lahir prematur dan berakhir meninggal dunia di usia delapan hari. Saat itu juga sedang pandemi dan semua berubah dari sisi aktivitas maupun menjaga kesehatan. Belum selesai di situ, tahun itu juga si Koko terpapar covid dan kami tidak tahu harus bagaimana. Sebab itu masih awal mula covid merebak dan belum ada vaksinnya. Tahun itu penuh dengan tangisan dan rasanya sungguh lelah. Ingin segera usai dan bisa istirahat, tapi badan ini serasa di tekan terus menerus untuk bangun dan bekerja. 

Memasuki tahun ketiga pernikahan, keadaan mulai membaik dengan saya dan Koko berdamai akan kedukaan kami. Kami lebih bisa berkompromi dengan keadaan yang terjadi. Ditengah pandemi yang ada, mendengar kabar teman atau saudara terpapar bahkan sampai meninggal. Terlalu lelah untuk membuat HP karena terus menerus mendapatkan kabar negatif atau dukacita. Sampai di akhir tahun tersebut dinyatakan hamil kembali tapi harus kembali juga mengucapkan selamat tinggal. Kehamilan kedua tidak berkembang jadi harus di keluarkan saat usia 13 minggu. Memasuki usia pernikahan keempat, kami bisa untuk melakukan beragam aktivitas dan bersyukur atas semua yang pernah terjadi. Berusaha untuk bisa menikmati hari-hari yang dilalui sebagai bentuk rasa syukur atas kesempatan yang masih diberikan untuk kami. Ya, kami masih dapat kesempatan untuk bisa semakin berkembang dan menghabiskan waktu berdua dan bersama keluarga.

Sekarang di lima tahun usia pernikahan kami, lebih banyak dihabiskan untuk berlibur, melakukan aktivitas yang belum pernah dilakukan sebelumnya, lebih banyak mengeksplor diri dan saling berkompromi satu sama lain. Bisa dibilang tahun ini banyak terjadi hal-hal yang tidak kami prediksi atau bayangkan sebelumnya. Mulai dari liburan berdua, liburan bersama mamanya Koko, liburan bersama orangtua saya (akan segera terrealisasi), bahkan kami bisa lakukan itu semua di tahun ini. Bersyukur atas setiap rejeki yang boleh kami terima dan rasakan. Bersyukur bisa berbagi dan melakukan kesenangan dengan orang lain.

Di usia lima tahun ini menjadi ajang refleksi bahwa kehidupan pernikahan tentu tidaklah mudah. Bagi siapapun itu. Katanya sudah lama pacaran, akan mudah menjalani kehidupan perniakahn karena sudah mengerti satu sama lain pasangannya, itu belum tentu. Semua masih menjadi proses untuk belajar dan terus belajar. Saat ini pun saya masih berkompromi dan beradaptasi sama Koko. Minimal untuk hal-hal kecil seperti perkara handuk / baju di taruh sembarangan, mulai menemukan solusinya 🤣 Kami pun lebih bisa untuk memahami dan beradaptasi akan hal-hal yang mungkin tidak nyaman untuk satu sama lain. Masih adanya kedukaan yang mengiringi kami, kehilangan yang tidak akan pernah sembuh total namun mereda seiring waktu. Status kami yang sudah berubah menjadi orangtua namun peran itu belum kami jalani. Nyatanya ada hal-hal yang perlu kami tuntaskan agar tidak menjadi luka batin nantinya. Ketidaksiapan dan masih ada rasa takut yang saya alami perihal kehamilan dan anak, nyatanya perlahan mulai saya hadapi untuk bisa di terima dan memaafkan diri. Tidak mudah memang apalagi rasa bersalah dan menyalahkan diri masih terus saya lakukan. Adanya dorongan dan dukungan dari sekitar menyadarkan saya bahwa semua ini bagian dari proses kehidupan yang perlu dan harus saya lalui.

Apakah proses belajar ini akan usai? Oh tentu tidak. Nyatanya pernikahan menjadi ajang belajar seumur hidup. Seperti halnya menjadi orangtua juga ajang belajar seumur hidup. Namun, setiap proses belajar ini akan menjadi mudah karena dilalui bersama dengan orang yang tepat. Sehingga kami bisa bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik tiap waktunya.Lima tahun ini masih terlalu dini dan masih ada tahun-tahun berikutnya untuk kami lalui. Masih banyak proses adaptasi, kompromi, dan memahami yang perlu dan terus kami lakukan. Masih banyak hal-hal menarik yang akan menghampiri kami. Masih ada hal-hal unik yang membuat kami bingung tapi akan ada hikmah yang di dapatkan.

Karena waktu tersebut akan membuat kami menjadi pribadi yang lebih baik untuk sama-sama sebagai pasangan membangun hubungan ini 😉




7 comments

  1. Bener sih, pernikahan itu ga ada waktunya stop belajar. Akan selaku ada bab baru yg harus kita pahami. Mungkin Krn orang bisa aja berubah kali yaa. Aku yg zaman pacaran super perhatian , sekarang ini jujur udah cuek. Yg artinya Raka ga bisa handle aku kayak dulu lagi 😂.

    Sama aja, aku pun cari cara baru utk bisa paham dia.

    Yg pasti, pernikahan bikin kami saling belajar utk mengalah. Utk paham apa yg jadi stress release pasangan masing2.

    Raka paham aku cinta mati dengan traveling, jadi dia berusaha utk ga mengekang aku di situ.

    Aku juga tahu dia suka pingpong, bahkan kdg sampai malam dan banyak waktunya dihabiskan buat itu. Tapi aku ga ngelarang juga, yg penting dia ga stress dan jenuh.

    Di sini pentingnya belajar mengalah dan toleransi dengan pasangan. Kalo ga, alamat ribut Mulu sih🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju mbaa, toleransi itu perlu bangeet. Kadang susah untuk toleransi dengan alasan bermacam-macam, padahal kalo ga ada tolernasi sih bisa bye bye lah tiap hari tarik urat leher mulu 🤣

      Ini pelajaran seumur hidup yang tiap harinya selalu ada halaman baru dengan babak baru yaa mbaa hhhaa..

      Delete
  2. hai hai mba, astagahhh aku juga belum mampir ke sini, perasaan baru bulan lalu terakhir kesini, ehh udah ada post terbaru hehehe
    happy anniv wedding mbak, dan selalu tegar menghadapi masalah yang hadir dalam kehidupan rumah tangga dan menyikapi dengan baik
    doa yang baik buat mba devina dan koko, sehat sehat semua

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin, makasihh mba ainun hhhee..

      Aku pun baru aktif lagi belakangan ini nihh. Uda mau akhir tahun, tulisan masih hitungan jari. Jadi emang niatnya mau mulai rutin lagi, semoga mood nya masih belum menghilang hhha..

      Uda lama juga ga ke tempat mba, ternyata banyak tulisan baru jugaaa.

      Sehat-sehat juga untuk mba ainun yaaa..

      Delete
  3. Sungguh terharu aku baca cerita dan pengalaman luar Biasa Mba Dev dan suami.. semoga kebaikan dan kebahagiaan selalu tercurah tanpa henti ke keluarga mba yaa 🤗

    Aku ikut senang Mba Dev bisa melalui semuanya.. semangat untuk kita semuaa 😊.

    Terimakasih banyak buat ceritanya mba.. 🤩

    ReplyDelete
  4. Selamat 5 tahun pernikahan Cici dan Koko 🎉. Jatuh bangun kalian sungguh luar biasa, salut banget sama perjuangan Cici dan Koko 🥺. Semoga selalu langgeng, harmonis dan lebih banyak kebahagiaan yang datang di tahun-tahun ke depannya 🙏🏻. Semangat ya, Ci!!

    ReplyDelete

Halo, salam kenal!

Terimakasih ya atas kesediaannya untuk membaca tulisan ini. Boleh ditinggalkan komennya agar kita bisa berkomunikasi satu sama lain :)

Sampai berjumpa di tulisan-tulisan berikutnya.